PASOLAPOS.COM
Oleh: Gerson Yoseph Naif
(Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang)
Manusia adalah makhluk istimewa yang tercipta dengan satu keunggulan yaitu mempunyai akal budi. Hal inilah yang membedakan ia dari makhluk hidup yang lain (hewan dan tumbuhan). Akal budi itu juga yang membuat manusia dapat menentukan arah hidupnya sendiri tanpa ada intervensi atau determinasi dari luar dirinya yaitu sesama manusia maupun alam sekitarnya.
Manusia adalah makhluk yang paradoksal. Mengapa disebut makhluk paradoksal? Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain untuk keberlangsungan hidupnya. Ketergantungan terhadap sesama dan makhluk lain juga menentukan langkah hidupnya di dunia ini. Maka dari itu dalam kehidupannya manusia perlu untuk menjaga keharmonisan dengan sesama yang ada di sekitarnya dan juga dengan makhluk lain (hewan dan tumbuhan) agar dengan itu keberlangsungan hidupnya dapat terjamin.
Salah satu aliran filsafat yang berbicara tentang hubungan manusia dengan makhluk hidup lainnya (manusia, hewan dan tumbuhan) adalah jainisme. Jainisme adalah sebuah agama yang berasal dari India sekitar abad ke-6 SM. Dalam keyakinannya, para penganut Jainisme mengusahakan hidup yang baik adalah hidup tanpa kekerasan terhadap semua makhluk hidup. Selain itu, Jainisme juga mengajarkan untuk hidup damai dan berusaha untuk meminimalisir pengeksploitasian terhadap sumber daya. Hal ini bukan berarti dengan melakukan semua itu tanpa tujuan yang jelas, sebab bagi para Jain (sebutan bagi pengikut Jainisme) tujuan utamanya adalah untuk membebaskan jiwa dari semua karma sehingga dapat mencapai pembebasan. Jain percaya bahwa semua makhluk mempunyai jiwa yang sedang berada pada suatu tahapan reinkarnasi (keterlahiran kembali).
Ada keyakinan bahwa seseorang dapat terlepas dari siklus reinkarnasi dan mencapai moksha (pembebasan) dengan mengikuti tiga ajaran sentral yang dikenal sebagai tiga permata yakni keyakinan yang benar, pengetahuan yang benar dan perilaku yang benar. Lewat keyakinan yang benar akan membuat seseorang mampu melihat dengan jelas dan menghindari prasangka, selanjutnya dengan pengetahuan yang benar berarti memahami alam semesta secara benar sesuai ajaran Jain, kemudian dengan perilaku yang benar akan membawa pada pembebasan dari keterikatan, mengikuti etika Jain dan menghindari perbuatan merugikan makhluk lain. Para pengikut agama ini dalam kehidupannya berusaha untuk tidak menyakiti semua makhluk hidup.
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu dan senantiasa hidup dalam satu relasi dengan makhluk lain. Tentunya relasi yang ada tidak pernah terlepas dari sebuah kontra dengan makhluk lain tersebut. Hal ini terjadi karena terbenturnya banyak hal yang berkaitan dengan manusia sebagai makhluk individu. Keindividuannya itu membuat terjadinya perbedaan yang cukup jauh dengan makhluk lain. Ada sebuah upaya untuk mengusahakan pemenuhan keinginan pribadi dengan mengeliminasi hak milik orang lain. Maka dari itu akan tercipta sebuah ketidakharmonisan dalam kehidupan sebab egoisme mulai menjadi penggerak utama kehidupan setiap orang.
Bercermin dari realitas ini tentunya ajaran Jainisme dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi persoalan tersebut. Tiga jalan yang sudah ditawarkan di atas yakni keyakinan, pengetahuan dan perilaku yang benar dapat menjadi pegangan bagi setiap orang dalam menjalani hidupnya agar dapat terjadi pembebasan dalam konteks ini yaitu bebas dari rasa kebencian, kekerasan, iri hati dan juga kejahatan. Keterlepasan dari hal-hal itulah yang akan membawa hidup manusia kepada sebuah keharmonisan yang sempurna baik dengan Tuhan, sesama manusia maupun alam semesta.