Opini  

MENGUAK TABIR TAHUN 2025 MENATAP LEWAT JENDELA ZAMAN

 

Oleh Agustinus B. Wuwur

             OPINI – PASOLAPOS.COM || Kita barusan merayakan Natal 2024, dan berujar duh Tuhan ! Hati-Mukah itu… yang turun dari kemuliaan swargaloka, dan terbungkus lampin sunyi dalam kawanan kandang hewan di tengah padang Efrata, hati-Mu yang terbuka untuk para gembala kaum yang selalu luka dan terlunta-lunta. Selanjutnya dalam ziarah hidup kita masing-masing kita pun mengakui Tuhan yang empunya Sejarah, menyuruh kita mengubah Sejarah dan menggambar ulang peta bumi dengan pena CINTA dan kertas putih : HATI, merasuk-masuklah ke dalam hati bumi kami ya Tuhan , dan jadikan kami bumi rumah kami ini : SORGA.

 

 

Dan gembala-gembala Natal kaum yang selalu hadir di tengah kita, kaum yang kecil dan hina, orang-orang yang sengsara dan tertindas, para buruh   yang diPHKkan begitu saja tanpa imbalan yang wajar, para pekerja jalan dan buruh pelabuhan, para penyapu pelataran kota, dan bakul jamu, para ibu dari pegunungan yang setia turun ke kota hanya untuk uang seribu rupiah.

 

 

Kini jelang beberapa hari lagi kita menutup tahun 2024. Kita memandang bagai dari puncak gunung, jauh sudah perjalanan begitu banyak tapak tapi banyak juga nian desah dan letih tercecer. Duh… Engkau yang empunya bumi dan jagad-raya, Engkau tuan atas Sejarah “ Juru Peta Paling Agung “ atas nama warga semesta izinkan kami menyembah : kepala tunduk dan tangan pada dada, ini kami semua tertulis nyata masing-masing dengan nama dalam telapak teduh dingin tangan-Mu di pintu-Mu kami mengetuk, kami tidak sanggup berpaling.

 

 

Tahun Baru 2025 datang tepat seminggu sesudah Natal yang kudus, dan mari kita renungkan : Ibarat Tuhan yang turun ke bawah dari langit tinggi dan menyatu masuk dalam kenyataan insani dan hanya dari sana wajah bumi dibaharui, demikian kita mesti merunduk lebih rendah, kita pecahkan EGOISME kita dan mari meyatu dengan suka-duka manusia Sumba, manusia NTT (Flobamora) , manusia Indonesia, manusia sejagat.

 

 

Tak berapa lama lagi kita akan menapaki Tahun Baru 2025. Kita ingin memanfaatkan momentum pergantian tahun ini untuk sejenak memandang ke belakang, menelusuri jejak-jejak panjang perjalanan kita, tapi kita juga ingin menerawang jauh ke depan, menatap barangkali dengan wajah nanar dan mata gelisah apa sesungguhnya nasib dan suratan yang menanti kita jauh tapi pasti di depan sana.

 

 

Hari-hari ini bumi manusia yang kita huni kini  bagai tergadai nasib menanti kemelut di Palestina, di mana Israel telah menabuh genderang  perang sekian lama menyebar maut merampok Palestina. Dan, kita pun sembari berdoa semoga DIA YANG MEMPUNYAI BUMI : perang dahsyat cepat usasi. Senjata canggih berwajah sangar terus bungkam manusia terluput dari duka yang laknat.

 

 

Dengan demikian sengketa itu pun menggores luka paling bernanah dari kusam wajah bumi tersobek. Duh,  Tuhan Engkaulah gerangan yang Empunya Roh sehingga hari-hari ini kami berdoa  semoga luka Palestina berangsur sembuh, semoga dendam Israel digiring ke meja musyawarah agar bisa berjabat tangan dengan Palestina.

 

 

Hak rakyat di belahan bumi manapun rindu merdeka mencuat lebih dahsyat, ingin kibarkan bendera demokrasi menang dan unggul : hati nurani, duh Tuhan. Engkaukah yang setia pada janji-Mu  “ Mulia nama-Mu di surga tinggi-Damai di bumi  bagi manusia yang baik hati. “

 

 

Atas berkat-Mu bahwa bumi kami—kendati ringkih, maju dengan pasti menuju persaudaraan sejati dan hak-hak asasi manusia mulai dijunjung lebih tinggi, duh Engkau Allah biarkan kami datang dengan hati penuh syukur dan budi yang murni berterimakasih untuk tahun yang lampau, menapaki tahun  yang baru 2025 kian dekat di depan mata.

 

 

Dan, patut dicatat di sini 3 isu utama yang menghadang kita di tahun-tahun mendatang :

  1. Kesenjangan kaya-miskin yang semakin melebar sementara kesempatan kerja kurang, Angkatan kerja bertambah, mesin-mesin modern maju menyerbu ruang-ruang kerja sementara di luar sana ratusan ribu buruh dengan wajah lusuh dan perut hampa duduk konyol dan terlunta.
  2. Keadilan sosial dan keprihatinan yang bertumbuh dari padanya akan semakin muncul ke permukaan. Dunia akan lebih pekah terhadap yang namanya martabat manusia dan hak-hak asasi. Boleh jadi wajah bumi akan cepat berubah bila jumpa kepentingan berjalan mulus dan tanpa benturan. Tapi bisa juga terjadi khaos dan kacau balau karena tidak serasinya kepentingan umum dengan kepentingan pribadi. Ada pasti tabrakan antara EGOISME dan BONUM PUBLICUM.
  3. Problematik EKOLOGI dan lingkungan hidup akan hadir di mana-mana. Bumi makin sempit dan panas. Ilmu dan Teknologi akan berpacu laju membentur nilai-nilai hakiki umat manusia. Tumbuh kesadaran lebih tinggi akan kenyataan hanya satu bumi yang terasing bagai kapal angkasa melintasi jagad raya.

Tinggalkan Balasan