WAIKABUBAK,PASOLAPOS.COM – (Filipi 2 : 12-18)
Surat Paulus kepada jemaat di Filipi 2: 12-18 (Tetaplah kerjakan keselamatanmu) teks ini menjadi acuan renungan yang disampaikan Agus B. Wuwur didampingi Ibu Maria I. Nalle, S.Ag dalam rangka pengumuman kelulusan peserta didik Kelas IX SMP Katolik Waikabubak Tahun Pelajaran 2022/2023. Hadir: Ketua Komite SMP Katolik Waikabubak, Marcel Kellen, S.PKP, Wakil Ketua Samuel Bili Umbu Pati,S.Pd, guru/pegawai, serta peserta didik kelas IX Tahun Pelajaran 2022/2023 bersama orang tua wali.
Hari Kamis 8 Juni 2023 berlangsung acara diawali doa syukur yang dipimpin Agus B. Wuwur, didampingi Ibu Maria Imakulata Nalle, S.Ag.
“Pada pengantar renungan Agus memaparkan tentang sosok guru dan berbagai ikhwal dan pengalaman menarik terjadi di seantero jagat raya ini.
Misalnya pada zaman Kaisar Hirohito masih hidup. Ketika Jepang ( Nagasaki dan Hirosima) dihantam bom atom oleh Amerika Serikat pada tahun 1945, pertanyaan pertama dari Kaisar Hirohito ialah : “ Ada berapa guru yang masih hidup”? Dengan pertanyaan ini Hirohito merasa yakin bahwa biar pun Jepang telah hancur tetapi Jepang bisa dibangun kembali berkat kemampuan dan kualitas para gurunya”,ucap Agus.
Lalu bagaimana dengan guru di Indonesia? Berbicara tentang hal ikhwal guru di Indonesia kita mesti merunut pada latar belakang sejarahnya. Bahwa sepanjang sejarah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, peran guru sangat besar dan menentukan perjalanan sejarah. Guru merupakan salah satu komponen bangsa, dengan posisi yang strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan yang meletakkan fondasi/dasar serta berperan aktif mempersiapkan pengembangan kemampuan/potensi peserta didik untuk masa depan bangsa.
Sejak bangsa Indonesia dibelenggu kaum penjajah: Belanda, Inggris, dan Jepang, guru selalu setia berjuang menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik. Pada awal kebangkitan nasional para guru aktif dalam organisasi pembela tanah air dan pembina jiwa serta semangat pemuda – pemudi dan pelajar, sambung Agus.
Dan pada tahun 1945 seratus hari setelah Proklamasi Kemerdekaan tepatnya pada tanggal 24-25 November 1945 dalam Kongres Guru Indonesia pertama di Surakarta, puluhan organisasi guru bersepakat melebur dan membentuk satu-satunya wadah perjuangan guru, organisasi profesi guru yang berjuang untuk menjaga tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dan turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa (sebagai jati diri organisasi profesi); dan meningkatkan harkat, martabat, dan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan (sebagai jati diri organisasi adalah ketenagakerjaan).
Sejak kelahirannya PGRI sebagai organisasi profesi guru telah memperoleh pengakuan dari guru, dosen, tenaga kependidikan masyarakat luas , dan juga pemerintah. Dengan demikian guru harus memiliki spiritualitas yang khas beda dengan profesi lainnya.
Spiritualitas seorang guru
Spiritualitas (Spirit-Roh-Jiwa-Semangat). Spiritualitas adalah suatu gerak atau semangat yang mendasari atau yang mutlak perlu dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Jadi spiritualitas seorang guru ialah roh atau semangat yang menjadi “motor penggerak” yang mengarahkan dia untuk mencapai tujuannya. Dan, tujuan yang ia capai tidak pertama-tama untuk dirinya sendiri tapi untuk kepentingan anak didiknya. Ia bahagia menyaksikan anak didiknya menjadi orang yang baik, sebaliknya ia sedih bila anak didiknya gagal.
Lanjut Agus ,demikian seperti halnya nabi-nabi dalam Kitab Suci baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru yang dipanggil Allah untuk mengajarkan jalan Tuhan kepada manusia, seperti yang dilakukan Musa dan nabi-nabi Perjanjian Lama lainnya (Hosea, Amos, Mikha, Yeremia, Yesaya, Yeheskhiel, dll), demikianlah tugas seorang guru. Ia pun dipanggil sebagai nabi untuk mengajar peserta didiknya, membantu dan mempersiapkan hari dan masa depan mereka.
Menjadi guru juga berarti menjadi rasul (Arab); Apostel (Yunani) yaitu “utusan” atau “duta”. Seperti halnya para murid (12 murid Yesus) dan para rasul lain dalam Gereja seperti Paulus dll dipanggil untuk menjadi utusan dan duta injil; demikian juga menjadi guru berarti siap diutus dan menjadi duta. Ladang perutusannya adalah manusia (peserta didik).
Nabi tidak pernah berhenti mengajar. Demikian pun profesi guru-terus mengajar. Guru pensiun atau guru tua hanya dilihat dari masa kerja dan umur. Pengajaran dan ilmu pengetahuan serta kebijaksanaan hidupnya tidak pernah menjadi tua. Sekali guru tetap dan terus menjadi guru, mungkin tidak lagi menjadi guru mata pelajaran (masuk kelas) tapi menjadi guru kehidupan dan kebijaksanaan.
Menjadi guru memang membanggakan karena memiliki tindak kenabian yang mengantarkan anak didik ke masa depan yang cerah (Kerajaan Allah). Sosoknya dicari dan dibutuhkan demi peradaban bangsa manusia. Dunia tanpa guru adalah dunia yang gelap dan buta. Hari ini 8 Juni 2023 bapak/ibu orang tua/ wali kelas IX datang ke SMP Katolik Waikabubak untuk mengetahui hasil yang dicapai anak-anak bapa/ibu, yang telah dipercayakan dididik di sekolah ini oleh guru-guru selama 3 tahun.
Berbicara tentang profesi guru kendati bangga sekaligus juga terluka karena bisa saja terabaikan. Begitu banyak guru yang standar hidupnya kurang memadai. Gaji kecil belum lagi banyak tanggungan dll. Sementara bisa saja terjadi penghargaan terhadap guru di masyarakat tidak mendapat perhatian yang penuh. Suatu pertanyaan yang diajukan Agus kepada rekan guru SMP Katolik Waikabubak , dan orang tua/wali yang berprofesi guru: “ Banggakah Anda menjadi guru?” “Mengapa bertahan sampai kini?” Anda sendirilah yang menjawabnya ! ,Tutup Agus B. Wuwur,S.Ag.
Usai ibadat syukur dilanjutkan dengan sambutan. Ketua Komite SMP Katolik Waikabubak, Bapak Marcel Kelle,S.PKP menyampaikan terimakasih kepada dewan guru/pegawai , orang tua/wali yang memberikan dukungan bagi proses pendidikan SMP Katolik Waikabubak. Kepala SMP Katolik Waikabubak Ibu Agustina Kiya, S.Pd mengumumkan 100% kelulusan pada tahun 2023 yang diikuti oleh 124 peserta didik , dan optimis bahwa lulusan tahun 2023 dalam melanjutkan pendidikan pasti mengalami kemajuan karena melalui suatu proses.

Wakil Kepala Sekolah Ibu Magdalena Tamo Ina, S.Pd, didampingi Kaur Kurikulum, Ibu Yuliana Weta Raja S.Pd, mengumumkan nama-nama peringkat 10 besar; dan peringkat 1 sampai dengan 4 mendapat reward/penghargaan dari Komite dan piagam penghargaan dari sekolah : Peringkat I , Maria Sri Indah Wiji Saputri dengan nilai rata-rata 89,27; Peringkat II, Maria A.C. Kasa: 86,99; Peringkat III, Elisabeth C. Marawali : 86,40; Peringkat IV: Margaretha D.M. Holo, 86,37. Proficiat SMP Katolik Waikabubak.
Pasolapos.Red**Paul/A.B. Wuwur.