WEWEWA TIMUR – PASOLAPOS.COM || Wabah virus African Swine Fever (ASF) kini tidak hanya menyerang ternak babi di Sumba Barat Daya (SBD), tetapi telah menyebar ke berbagai wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Kepala Dinas Peternakan SBD, Agustinus Pandak, menyampaikan hal ini dalam kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam) di Kecamatan Wewewa Timur, Rabu (13/2/2025).
Dalam kesempatan tersebut, Agustinus memanfaatkan momen sebelum Musrenbangcam dibuka secara resmi oleh Penjabat Bupati untuk memberikan sosialisasi mengenai pencegahan dan penanggulangan virus ASF yang kian meluas.
Ia menegaskan bahwa ASF merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi ternak babi dan hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin yang dapat menyembuhkannya.
Menurut Agustinus, ada beberapa langkah pencegahan yang harus dilakukan peternak untuk menghindari penyebaran virus ini. Pertama, menjaga kebersihan kandang babi dengan melakukan sterilisasi secara rutin.
Kebersihan kandang menjadi faktor utama dalam mencegah masuknya virus ASF yang dapat menular melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi.
Langkah kedua adalah mengisolasi ternak babi yang sudah terinfeksi agar tidak berinteraksi dengan babi yang masih sehat.
Penyebaran virus ASF dapat terjadi melalui kontak langsung, sehingga peternak harus segera memisahkan babi yang menunjukkan gejala penyakit agar tidak menular ke ternak lainnya.
Selain itu, Agustinus juga mengimbau masyarakat untuk tidak mendatangkan babi dari daerah lain.
Ia menegaskan bahwa langkah ini sangat penting guna meminimalisir penyebaran virus dari luar wilayah.
“Upaya bersama untuk satu hati, satu pikiran sangat diperlukan. Jangan ada pemasukan babi dari daerah lain agar kita bisa mengendalikan penyebaran virus ini,” tegasnya.
Ia juga menyoroti dampak yang ditimbulkan oleh wabah ASF terhadap perekonomian dan sosial masyarakat.
Menurutnya, banyak peternak yang mengalami kerugian besar akibat kematian ternak babi mereka.
Padahal, bagi sebagian masyarakat di SBD dan NTT secara umum, beternak babi merupakan sumber penghasilan utama.
“ASF ini bukan hanya berdampak pada sektor peternakan, tetapi juga ekonomi dan sosial masyarakat. Banyak peternak kehilangan sumber pendapatan mereka, sementara daging babi juga menjadi bagian penting dalam adat dan tradisi masyarakat,” jelas Agustinus.
Lebih lanjut, ia meminta dukungan semua pihak, baik pemerintah daerah, peternak, maupun masyarakat umum, untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan.
“Tanggung jawab ini bukan hanya ada di pemerintah, tetapi menjadi tugas kita bersama untuk meminimalisir penyebaran virus ini,” tambahnya.
Sejak kemunculan pertama di wilayah SBD, wabah ASF telah menyebabkan ribuan babi mati dalam waktu singkat.
Pemerintah daerah terus melakukan pemantauan dan upaya pencegahan agar kasus ini tidak semakin meluas ke wilayah lain di NTT.
Agustinus berharap, dengan adanya sosialisasi ini, masyarakat semakin sadar akan bahaya ASF dan dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dengan serius.
“Mari kita bersama-sama menjaga kesehatan ternak kita agar wabah ini bisa segera dikendalikan,” pungkasnya.
(Paul/Red)