Budaya berkaitan dengan Pendidikan Remaja dan Masalahnya
Oleh : Aprilina Selvince Bulu
Mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Air Langga
Remaja berasal dari kata latin yaitu adolescene yang berarti masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa. Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual, dengan sifat khasnya yaitu mempunyai rasa ingin tahu yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015). Remaja menurut World Health Organization (WHO) adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang manusia sedang berada dalam pencarian jati dirinya, ingin mengenal siapa dirinya sebenarnya dan ini sering terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan psikis yang bervariasi. Tahap perkembangan remaja dibagi menjadi tiga tahap (Putra, 2013) yaitu : Masa remaja awal (usia 12-15 tahun), masa remaja tengah (usia 15-18 tahun) dan masa remaja akhir (usia 18-21 tahun). Menurut (Utami, 2013), karakteristik masa remaja meliputi aspek : perkembangan Fisik-seksual, Psikososial, perkembangan Kognitif, perkembangan Emosional, perkembangan Moral dan perkembangan Kepribadian.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak dapat terlepas dari berbagai macam pengaruh, seperti keluarga, lingkungan tempat tinggal, sekolah, teman sebaya, serta aktivitas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa remaja penting untuk meletakkan fondasi kehidupan yang kuat, remaja harus di berikan kesadaran untuk menghindari berbagai perilaku beresiko tinggi khususnya yang tergolong masalah psikososial, karena masalah-masalah ini akan membebani kehidupan bukan hanya pada tahap remaja saja tetapi sampai pada tahap kehidupan berikutnya. Beberapa masalah psikososial yang berdampak lanjut seperti kehamilan yang tidak diinginkan, penyalahgunaan obat-obat terlarang, minuman keras, berjudi, merokok, berhenti sekolah, stress, frustasi, depresi dan tawuran.
Beberapa kendala yang di alami selama ini dan menjadi pengalaman dalam berhadapan dengan para remaja yang berusaha untuk menemukan jati dirinya, yaitu antara lain (1) berkaitan dengan tata tertib disekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memberlakukan tata tertib untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar. Tata tertib disekolah membantu kegiatan belajar disekolah dan memunculkan kondisi sekolah yang tertib, disiplin, adil dan kondusif untuk beraktivitas. Mematuhi tata tertib merupakan proses pendewasaan diri, pengendalian diri dan kesadaran siswa karena dengan tata tertib diharapkan siswa dapat memahami arti penting menghormati sistem yang berlaku dalam kehidupan. Kendala yang dihadapi terkadang remaja, khususnya siswa SMA mengalami kejenuhan dengan peraturan yang setiap hari mereka ikuti sehingga ada keinginan untuk mencoba keluar sejenak dari aturan tersebut. Hal ini akan bertentangan dengan peraturan sekolah sehingga siswa dianggap melanggar peraturan yang ada. (2) Pergolakan emosi remaja yang belum stabil. Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari berbagai macam pengaruh, seperti lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, teman-teman sebaya dan aktivitas-aktivtas yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menghindari ini, remaja perlu memiliki apa yang disebut sebagai kecerdasan emosional, diwujudkan melalui bagaimana seorang remaja berusaha memberi kesan yang baik tentang dirinya, berusaha mengungkapkan dengan baik emosinya, berusaha menyertakan dirinya dalam lingkungannya, dapat mengendalikan perasaan dan mampu mengungkapkan reaksi emosi mereka sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada sehingga hubungan sosial dengan orang lain berjalan lancar dan efektif. Kendala yang dihadapi, remaja memiliki rasa solidaritas yang kuat terhadap teman-temannya, ini kadang terwujud dalam upaya-upaya untuk membela teman/ kelompoknya walau kadang upaya yang dilakukan sedikit menyimpang. (3) Motivasi belajar. Menurut (Gufron N.M:2005) motivasi belajar dalam diri seorang siswa sangat dipengaruhi oleh faktor yang sangat terkait dengan perkembangan kehidupannya yaitu lingkungan budaya atau kebiasaan dilingkungan, keluarga dengan tuntutannya, sekolah dengan sistem yang diberlakukan, dan siswa itu sendiri. Ferdinand Foch, mengatakan bahwa senjata yang paling ampuh di dunia ini adalah jiwa manusia yang terbakar menyala-nyala. Lingkungan sering menuntut seorang remaja untuk melakukan sesuatu untuk menunjang kelak menjadi orang sukses, ketika seorang remaja dapat dengan bijak menanggapi tuntutan ini maka akan termotivasi untuk mewujudkannya yaitu dengan cara belajar sungguh-sungguh, tetapi jika dianggap terlalu berlebihan maka akan membebani dan remaja akan kesulitan untuk belajar dengan baik. Terkadang ambisi dan tuntutan orang tua atas remaja dalam presetasi belajar berlebihan tanpa melihat realitas dalam diri remaja tersebut, jika remaja kuat maka akan termotivasi untuk mewujudkannya maka tidak akan menjadi masalah, tetapi sebaliknya jika dirasa terlalu membebani maka akan membuat remaja frustrasi dan menurunkan motivasi belajarnya. Terkadang Remaja/ siswa belum memahami dan memikirkan tentang rencana masa depan mereka, sehingga upaya mempersiapkan diri dan masa depan mereka dengan belajar yang baik belum menjadi priortas utama mereka.
Upaya yang di lakukan dalam membantu dan mengarahkan agar dapat menjalani masa remaja yang penuh problematika yaitu dengan cara : (1) mengarahkan mereka untuk memahami konsep diri baik sebagai remaja maupun sebagai manusia dewasa kelak. Konsep diri bukan bawaan sejak lahir tetapi melalui hasil belajar. Konsep diri didefinisikan sebagai keyakinan, pandangan, atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Menurut Psikolog E.B Hurlock, bahwa ada beberapa faktor yang membuat seseorang dapat menentukan konsep dirinya, yaitu bentuk tubuh, cacat tubuh, pakaian, nama dan julukan, integensi kecerdasan, cita-cita, emosi, gengsi sekolah, status sosial, ekonomi keluarga, temana-teman dan tokoh/ orang yang berpengaruh. Jika faktor diatas cenderung menimbulkan perasaan positif (bangga/ senang) maka akan muncul konsep diri yang positif. Sebaliknya jika orang-orang yang berpengaruh (orang tua, guru, orang dewasa lainnya, teman-temannya) ternyata meremehkan, merendahkan, mempermalukan, menolak maka akan menimbulkan konsep diri yang negatif. Remaja adalah pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri dan kedewasaan, oleh sebab itu remaja perlu dibekali dengan pandangan yang positif tentang konsep dirinya sehingga mampu menciptakan interaksi sosial yang baik. (2) mengajak mereka memfokuskan perhatian pada apa yang mereka miliki. Siswa diajak untuk melihat potensi yang ada pada diri mereka dan berupaya untuk memberdayakan apa yang dimiliki tersebut dan memotivasi diri bahwa mereka bisa dan sanggup untuk mencapainya. (3) membuat target yang mudah dicapai. Karena dengan target-target kecil yang mudah diraih akan mencapai keberhasilan dan ini akan memacu siswa untuk mencoba lagi dan akhirnya berhasil menyelesaikan dengan sukses. (4) memastikan target yang ingin dicapai adalah memang impian mereka. Karena terget akibat paksaan orang lain akan sulit untuk dicapai tetapi jika memang target siswa sendiri maka akan ada keinginan untuk berusaha mencapainya. (5) buat perencanaan untuk mencapai target tersebut, karena sesuatu tanpa perencanaan akan lebih sulit untuk dicapai. Siswa di ajak untuk memikirkan satu atau dua rencana untuk mencapai target agar lebih mudah meraihnya. (6) meningkatkan motivasi belajar, faktor yang paling dominan menentukan motivasi belajar seorang remaja/ siswa adalah dari diri siswa itu sendiri, karena pada akhirnya siswa itu sendiri yang akhirnya mengambil keputusan tentang apa yang hendak dilakukan dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
Secara teori mengatasi masalah remaja itu sangat mudah namun pelaksanaan tidaklah demikian. Masa remaja akan menjadi menyenangkan jika para remaja dapat mengisi waktunya dengan segala kegiatan positif yang bermanfaat. Remaja harus berani mengambil sikap tegas terhadap pilihan yang ada diingkungan hidupnya.