Pasolapos.Com-Dalam rangka mendukung Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Pemerintah Desa Mali Mada naikan bendera merah putih di tengah kampung yang tidak dihuni lagi untuk mengibarkan bendera Merah Putih, Kecamatan Wewewa Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) selasa (16/08/2022.

Kepala desa beserta jajarannya dan masyarakat desa mali mada serta Guru-guru SMPN Wewewa Utara menuju kampung bersejarah yang ada di pemukiman sambil pegang bendera kecil dan ikat bendera kecil di kepala mereka masing-masing, Pantauan media Pasolapos.Com.
Raimundus Dendo Ngara, S. Sos mengatakan untuk mempertahankan budaya sumba terlebih khusus budaya di desa Mali Mada, kita bisa lestarikan sehingga kita bisa ceritakan kepada anak cucu kita kedepan, karena mereka telah menumpahkan darah pada saat masa penjajahan Belanda dulu, dari perjuangan mereka juga sehingga tidak ada lagi penjajahan sampai hari kemerdekaan NKRI tahun 1945.
Raimondus mengatakan Bantu kubur ini sampai di puncak yang ketinggian, saya rasa mereka bergotong royong.
Sekarang ini batu kubur sudah tidak ada lagi mayat jadi sudah dipindahkan di kampung gollu ratusan tahun yang lalu, selesai penjajahan mereka menyebar luas di sekitar Desa Mali Mada.
Kampung ini banyak batu kubur peninggalan nenek monyak Desa Mali Mada, kami sangat menghargai yang walaupun mayat sudah tidak ada lagi atau sudah dipindahkan di kampung gollu.
Dari batu kubur ini kami menghargai jasa mereka begitu antusias bergotong royong untuk membentuk bantu kubur ini.
Jadi kontribusi pemerintah Desa Mali Mada mengadakan pembersihan sekitar kampung dan mengibarkan bendera merah putih di tengah-tengah kampung Pare Kanobu untuk merayakan HUT NKRI yang ke 77.
Raimundus menyampaikan Ke depan kalau Tuhan berikan berkat bagi desa Mali Mada maka saya akan tata kampung Pare Kanobu menjadikan kampung pariwisata dengan cara mengadakan kerja sama dengan masyarakat untuk buatkan Lopo-lopo setiap suku yang ada di kampung ini.
Kalau sudah jadi penataan saya akan ajak wisatawan atau orang-orang luar bisa datang berkunjung di tempat ini apalagi kalau kita lihat satu titik di Desa Mali Mada titik tertinggi dan pemandangan hijaunya alamnya.
Jadi harapan saya agar pemerintah kabupaten dan pemerintah pusat bisa mendukung apa yang menjadi keinginan pemerintah Desa Mali Mada.
Marselinus Reda Ate, selalu Toko Adat atau Rato suku Wee Lewo menyampaikan pihak pemerintah Desa sudah kordinasi dengan kami untuk berdirikan Bendera Merah Putih di kampung Pare Kanobu ini.
Marselinus menyampaikan juga Pada tahun 1990 kampung pare Kanobu pecah artinya muncul kampung-kampung yang lain salah satunya itu gollu, puu kuta, kalembu Podu dan kampung-kampung yang baru muncul itu pecahan dari kampung pare Kanobu karena sudah merasa kalah dari penjajahan sehingga kami punya leluhur masih di sini dari kekalahan pada Tahun 1945 dengan munculnya kemerdekaan ini mereka juga sudah terluput dari penjajahan.
sementara kalau kita lihat prosedur kampung ini adalah kampung yang paling tua maka paling tidak keramatnya itu masih tetap ada sehingga ketika kami masuk di sini pada tanggal 15 Agustus kami bersihkan dan sekaligus kami bawah ayam satu ekor dan telur satu butir untuk minta ijin kepada leluhur bahwa kami mau berkunjung dan membersihkan.
Reda menyampaikan kami masuk di kampung ini harus minta ijin kepada leluhur dengan melakukan prosesi adatnya yang walaupung tidak ada lagi mayat atau leluhur kami tapi tempat ini masih keramat dimana makluk-makluk halus yang tinggal di sini pengganti arwa nenek moyang menurut kami.
Jadi leluhur kami khusus suku weelewo sudah di pindahkan di kampung kalimbu Podu tinggal di rumah itu sekitar 10 tahun lebih sampai detik terakhirnya Tahun 1973 pengukuran adat di kampung Tagoo.
Jadi kalau kedepan pemerintah Desa Mali Mada menata dengan bagus untuk dijadikan tempat wisata kami mendukung sehingga kampung yang ternama ini.
Red.(Paul/Jef ).