Pasolapos.com – Arkin Ana Bira alias Arkin (30), tahanan terduga kasus tindak pidana penganiayaan dan pencurian ternak,tewas dalam sel tahanan Polsek Katikutana, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, pada Kamis (9/12) lalu. Kematian Arkin meninggalkan banyak kejanggalan saat peti jenazah dibuka oleh keluarga. Terdapat banyak luka dan lebam di tubuh Arkin.
Juru bicara keluarga sekaligus Kepala Desa Malinjak, Antonius Galla menceritakan kronologi penjemputan Arkin oleh sejumlah orang berpakaian preman membawa senjata, sebelum dinyatakan meninggal dunia dalam sel Polsek.
Menurut keterangan warga setempat Arkin dijemput pada Rabu (8/12) sekitar jam 11 malam oleh sejumlah orang, yang tidak memberitahukan mereka berasal dari mana juga tidak membawa surat apa-apa dan Saat dijemput hanya paman (om) korban yang melihat.
Dilansir dari Merdeka.com hasil wawancara bersama Antonius didapati bahwa usai penangkapan,esok harinya Kamis(9/12) Kapolsek Katikutana kemudian mendatangi Keluarga korban untuk bersama-sama ke Polsek dan sesampainya disana Keluarga dikagetkan dengan informasi meninggalnya Korban.
“Kamis pagi sekitar jam 10, Bapak Kapolsek Katikutana mendatangi keluarga, saya juga ada di sana sehingga kami sama-sama ke Polsek bersama Kasat Pol PP dan Bapak Camat Katikutana Selatan. Kami sebagai keluarga kaget saat mendengar informasi dari Bapak Kapolsek bahwa Arkin telah meninggal,” ungkap Antonius, Minggu (12/12).
Antonius menyesali tindakan kepolisian setempat yang tidak memberitahukan dia sebagai Kepala Desa Malinjak, saat menjemput Arkin. Seharusnya sesuai prosedur, yakni minimal ada surat pemberitahuan sebelum melakukan penangkapan.
“Saat kami tiba di Polsek kami diberitahukan bahwa Arkin yang ditangkap tadi malam menuju ke Waikabubak, sampai di sana waktu ditahan terjadi percekcokan. Dalam percekcokan itu Arkin mengalami sesak dan dibawa ke rumah sakit terus meninggal dunia. Itu kata Bapak Kapolsek yang telah dilantik jadi Wakapolres,”ungkap Anton.
Keluarga diberi penjelasan oleh Kabag Ops bahwa Arkin meninggal dunia di dalam sel tahanan Polsek Katikutana. Namun tidak secara detail memberitahukan penyebab kematian Arkin.
“Pernyataan polisi sangat bertentangan, Bapak Kapolsek bilang meninggal di Waikabubak dan Bapak Kabag Ops bilang meninggal dalam sel. Ada pernyataan lagi yang membuat keluarga bingung adalah, Arkin meninggal karena sesak napas sehingga keluarga protes,” ujar Antonius.
Keluarga pun meminta peti jenazah Arkin dibuka di hadapan aparat kepolisian. Saat dibuka kondisi jenazah sudah sangat tragis yakni leher, kaki kanan dan tangan kiri patah, di atas buah pelir terdapat bekas tembakan, wajah bengkak, sejumlah luka di belakang dan kepala bagian depan serta belakang memar-memar.
“Suasana waktu itu hampir kacau karena keluarga tidak terima penyataan polisi awalnya mati karena sesak, tapi saat buka peti jenazah Arkin sangat mengenaskan. Waktu itu kita minta hasil visum namun polisi berdalih hasil belum keluar lah, masih sibuk lah,” tambah Antonius.
Menurut Antonius, keluarga Arkin menginginkan kasus ini diumumkan secara terbuka kepada keluarga, bahkan publik terlepas dari Arkin yang dinyatakan polisi sebagai terduga pelaku penganiayaan dan pencurian.
“Terlepas Arkin itu penjahat sesuai versi mereka itu kita tidak inginkan. Tetapi cara matinya itu yang kami tidak harapkan, ternyata di negara hukum ada aparat hukum dan penegak hukum yang bertindak diluar hukum. Kami keluarga anggap kejadian ini merupakan pelanggaran hukum, kami butuh keadilan,” tutup Antonius.
Kemudian Kapolda NTT Irjen Lotharia Latif mengirimkan tim ke Polres Sumba Barat, guna menyelidiki dugaan tewasnya tahanan dalam sel Polsek Katikutana.
“Senin, tim Propam dan tim Itwasda saya kirim ke sana (Sumba Barat),” katanya, Minggu (12/12).
Menurut Lotharia, tim yang dikirimkan ke Sumba Barat akan mengecek informasi tersebut. “Kalau ada yang tidak sesuai Protap, pasti akan ditindak dan sanksi sesuai aturan yang berlaku,” tegas jenderal bintang dua ini.