Waikabubak,Pasolapos.com – Hari Rabu,10 Mei 2023 Bapak Uskup Keuskupan Weetebula Mgr. Edmund Woga, CSsR memimpin peray aan ekaristi dan memberkati gedung gereja Stasi St. Agustinus Lapale, Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak, yang terletak di Desa Lapale, Kecamatan Kota Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat. Koor yang meriahkan perayaan itu dari Etnis Lamaholot yang dikoordinir oleh Bapak Tobias K. Kobun. Berikut liputannya.
Pada perayaan itu Bapak Uskup didampingi Pastor Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak, Rm. Konstantinus Nggajo, Pr, pastor rekan Rm. Arnold Tiko ,Pr ,dan Rm.Yeremias A. Nasuli,Pr, dan dihadiri umat Stasi St. Agustinus Lapale, sebagian umat paroki waikabubak dan undangan lainnya. Hadir pula Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Barat, Bapak Bulla Nggallu, S.Pd.,M.Si, Kepala Seksi Bimas Katolik Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sumba Barat Bapak Bertolomeus Kondo,S.Ag, Kasat Polisi Pamong Praja Kabupaten Sumba Barat,……..
Bapak Uskup dalam kotbahnya mengajak umat agar ingat bahwa setiap kali bangun gereja kita harus selalu berpikir yang pertama adalah membangun iman dan membangun kepercayaan kita kepada Tuhan. Penting untuk kita di Keuskupan ini sadar bahwa kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus itu harus sungguh masuk di dalam hati kita, bukan hanya nampak dari luar. Ada orang yang mengaku dirinya Katolik tapi hidupnya tidak Katolik, hidupnya tidak sesuai ajaran Kitab Suci.
Lanjut Bapak Uskup oleh karena itu berarti kita harus meninggalkan hal-hal lain yang tidak terlalu perlu dalam iman Katolik. Sembari memberi contoh bahwa apabila ada penguburan atau urusan adat pada hari Minggu; lebih banyak orang yang tidak mengikuti perayaan ekaristi atau ibadat di gereja dan lebih mementingkan hal-hal lain. Tegas Bapak Uskup, Katolik bukan nampak dari kulit luar saja tapi harus masuk dalam batin kita, dan harus bisa melihat mana yang utama dalam hidup ini.
Dalam bacaan Kisah Para Rasul 15:1-6 menggambarkan tentang Konsili I di Yerusalem, yang menjelaskan tentang beberapa orang dari Yudea ke Antiokhia mengajarkan kepada saudara-saudara di situ : “ Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka tentang sunat. Sunat menunjukkan pula bahwa seseorang sudah akil balik, dan ikut dalam karya Allah untuk ikut mencipta, juga berarti bahwa seorang laki-laki boleh ambil bagian dalam karya penciptaan Allah, namun sunat itu tidak menjamin keselamatan.
Barnabas dan Paulus adalah pewarta Injil : berpendapat bahwa tidak benar sunat dapat menyelamatkan , itu sudah menjadi masa lampau. Oleh karena itu keselamatan sesungguhnya percaya akan kebangkitan Tuhan Yesus yang menebus dosa kita. Sunat tidak perlu berdasarkan Konsili I di Yerusalem. Para rasul memutusakan sunat harus tinggalkan. Yang menjamin keselamatan adalah Tuhan Yesus yang berkorban demi menebus dosa-dosa kita.
Walaupun rasul Paulus yang kaya dengan ke-Yahudi-annya, tetapi ia difirmankan Allah jadi rasul yang luar biasa. Rasul Paulus mempunyai tugas mewartakan Injil kepada orang yang bukan Yahudi. Oleh karena itu tradisi dari nenek moyang harus dilihat kembali.
Lebih lanjut Bapak Uskup menjelaskan kalau kita ikut bacaan-bacaan suci pada hari : Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, Minggu Paskah yang kita rayakan penuh dengan perasaan yang memancing perasaan kita percaya kepada Tuhan Yesus. Di mana seorang Putera Allah datang ke dunia korbankan diri untuk keselamatan kita. Yesus adalah segala-galanya sebagai pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Kalau kita keluar dari pokok anggur tidak memperoleh keselamatan. Selalu berdoa kepada-Nya : memuji dan memuliakan-Nya yang hadir dalam kesempatan ketika kita berdoa , lebih khusus pada setiap hari Minggu kita kenang sebagai peristiwa keselamatan. Di keuskupan kita perlu bangun perasaan iman. Inilah yang utama yang harus kita perhatikan. Perhatian terhadap iman kita masih lemah ungkap Bapak Uskup.
Sebelum berakhirnya perayaan ekaristi Agus Wuwur guru agama Stasi Lapale menceritakan khilas balik berdirinya Stasi Lapale :
Sekitar tahun 1993-1994 umat Lingkungan St. Blasius Weekarou yang diketuai oleh Bapak Blasius Bally bersama umat mengunjungi simpatisan di Weekarou pada setiap bulan Mei dan Oktober dan berdoa rosario, dan di sana baru ada satu keluarga Katolik bernama Ama Loru. Atas jasa baik Ongko Acak dan Ongko Mimi sebuah rumah di kebun mereka di Keretana-Weekarou dizinkan untuk dijadikan tempat ibadat, dengan guru agama Agus Wuwur dan Petrus Gaina. Hasilnya pada tanggal 20 Desember 1995 Rm. John Kota Sando, Pr memberkati 9 pasang nikah, membaptis 59 orang, yang menerima komuni 12 0rang. Hadir juga tokoh umat Bapak Antonius Patty Manggoe (alm) Sekda Sumba Barat, dan Kepala Seksi Bimas Katolik Departemen Agama Bapak Petrus Leuehaq, BA mewakili Kakandepag Sumba Barat. Satu tahun kemudian 1996 Rm. Herman Punda Panda membaptis sejumlah simpatisan menjadi Katolik di kampung Ponuwatu-Weekarou di rumah panggung seorang ongko.
(Dipublikasikan di Majalah Keuskupan Weetebula : WARKAT tahun 1996).
Setelah adanya pegawai dan guru Katolik di perumahan BTN Weekarou maka merekalah yang melayani umat di sana, sehingga pengurus dan umat Lingkungan St. Blasius Weekarou mengalihkan kunjungan kepada para simpatisan di kampung Lapale.
Alhasilnya pada tanggal 26 Oktober 1997 Pastor Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak Robert Ramone, CSsR membaptis 40 anak Marapu menjadi Katolik, didampingi pastor rekan Silvester Nusa, CSsR. Hadir pada kesempatan itu tokoh umat Bpk. Antonius Patty Mangoe alm, Dewan Pastoral Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak Bapak Yosef Wunda Deke alm, dan Bapak John Milamesa.
Selanjutnya sambutan-sambutan :
Ketua Tim Stasi St. Agustinus Lapale Bapak Andreas Ngedo Tibi (bapa Eman) saat memberikan sambutan mengharapkan agar Bapak Uskup dapat mempertimbangkan nasib 4 keluarga halangan nikah pada tahun 1997 agar bisa menikah.
Pastor Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak, Rm. Konstantinus Nggajo ,Pr dalam sambutannya mengatakan bahwa orang Lapale itu baik, bisa jadi orang dari luar Lapale membuat keonaran, lalu itu dianggap orang dari Lapale. Lanjut romo Nus yang biasa disapa dalam kesehariannya , mengatakan bahwa yang menyumbang dana pembangunan gereja St. Agustinus Lapale adalah Ibu Lusi dan kawan-kawannya dari Surabaya, dan gerejanya dikerjakan oleh Ongko Yulius Ridwan Yuwono (Ongko Ayung). Sayang Ibu Lusi dan kawan-kawan tidak bisa hadir, karena Ibu Lusi tidak bisa dihubungi lagi melalui telepon.
Bapak Uskup Weetebula saat memberi sambutan mengingatkan gereja yang baru dibangun itu harus dipelihara dan dirawat dengan baik oleh umat, jangan biarkan kambing dan hewan lain merusak . Umat harus rajin ke gereja harap Bapak Uskup mengakhiri sambutannya. Terima kasih yang mulia Bapak Uskup telah memberkati gereja kami, semoga Bapak Uskup tetap sehat selalu. Usai perayaan pemberkatan gereja dan ekaristi dilanjutkan dengan ramah tamah bersama. Proficiat Panitia, Pengurus Tim Stasi dan umat.
*** Pasolapos/Red, Agus B. Wuwur.