Waimangura,Pasolapos.com – Sejumlah tim satuan gugus tugas Covid-19 SBD pada Sabtu 27 Maret 2021,kembali siaga usung jenasah seorang warga positif corona virus disease-19 yang telah meninggal dunia.

Jenazah tersebut yang di usung para petugas Satgas Covid-19 hingga dimakamkan siang tadi.Jenazah tersebut adalah warga Desa Waimangura,Kecamatan Wewewa Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya,Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pasien meninggal ke-7 di kabupaten Sumba Barat Daya,Desa Kabali Dana,Kecamatan Wewewa Barat,Nusa Tenggara Timur.Dari hasil pemeriksaan Swab Rumah Sakit umum Umbu Rara Meha,Waingapu,Jumat 26 Maret 2021,dengan metode RT-PCR(TMC), Almarhumah dinyatakan Positif SARS Covid-19 yang terdeteksi dalam spesimen.
Suami almarhumah (MBD) dalam acara pemakaman secara Protab Covid-19,ia menyampaikan ucapan terima kasih pada Satgas Kabupaten Sumba Barat Daya, seluruh keluarga,kerabat,dan hadirin yang terlibat dalam acara pemakaman ini.
“Pada tempat ini saya mohon maaf apa bila kemarin terjadi kesalahan pahaman antara keluarga kami dengan petugas Satgas Covid-19 Kabupaten SBD di Rumah Sakit Karitas”,ucap Suami Almarhumah.
Selanjutnya mewakili keluarga setelah suami almarhumah menyampaikan permohonan maaf juga menyampaikan dan sekaligus melakukan informasi kepada hadirin bahwa hari Pemakaman dilaksanakan secara Protokol Covid-19 dari Kabupaten SBD.
Ketua Posko Mathias Jenga bersama seluruh Tim Satgas Covid-19 mendapat penghargaan dihadapan keluarga yang berduka oleh karena itu dirinya menyampaikan ucapan terima kasih atas kerjasama yang baik dari keluarga untuk menerima proses pemakaman secara Protokol Covid-19,atas nama Bupati SBD,Wakil Bupati, Kapolres SBD,Dandim 1629/SBD,Kajari Waikabubak kepada keluarga atas kerja sama baik dalam menghadapi duka mendalam ini dilakukan penguburan protokol covid-19.

Sebagai Ketua Tim Covid-19 dalam sambutannya menyampaikan bahwa kaitan dengan penyakit ini adalah penyakit yang sangat berbahaya dan yang tidak dapat dilihat.Namun yang sangat dan perlu kita perhatikan adalah mengunakan masker dan penyakit ini tidak memiliki gejala hanya dapat melalui tiga pintu yakni melalui mulut, hidung dan mata , untuk itu masyarakat atas anjuran protokol kesehatan agar selalu memakai masker , jaga jarak maksimal 2 meter dan hindari kerumunan banyak orang,ucapnya.
Mathias Jenga juga menyampaikan karena campur tangan Tuhan hari ini pemakaman berjalan dgn lancar,walaupun kemarin ada perbedaan antara keluarga dengan petugas covid-19 kabupaten Sumba Barat Daya atas kemauan baik dari keluarga hari ini segala perbedaan dapat terselesaikan dgn baik, ucapnya.
Alfonsus Yamba Kodi sebagai anggota DPRD kabupaten Sumba Barat Daya yang dimintai tanggapannya oleh awak media terkait dengan jenazah tersebut, dirinya mengatakan bahwa beliau (Jenazah) kala itu benar sakit hingga pihak keluarga berusaha membawanya ke Rumah Sakit Waikabubak dalam beberapa hari ketika itu beliau keluar dari rumah sakit .Ketika selang dua hari di rumah,penyakit beliau kambu kembali sehingga pihak keluarga berusaha membawanya lagi ke rumah sakit karitas pada dua hari yang lalu ,setelah dua hari di Rumah Sakit Karitas dan para tim Medis melakukan pemeriksaan ternyata hasil pemeriksaan Positif Covid-19 .Memang kala itu pihak keluarga tidak menerima beliau dinyatakan positif , karena kami melakukan mediasi akhirnya pihak keluarga dengan lapang menerima kenyataan sesuai hasil pemeriksaan , sehingga hari ini pemakaman jenazah almarhumma berjalan dengan aman , lancar dan tertib ,ungkap Yamba Kodi .

Yamba Kodi kepada seluruh masyarakat mengajak masyarakat untuk senantiasa menaati protokol kesehatan.
“Agar kita sangat berwaspada dengan penyakit ini serta mari kita mengantisipasinya dengan mengikuti anjuran protokol kesehatan dalam hal ini selalu menggunakan masker, jaga jarak dan selalu menghindari kerumunan banyak orang , tuturnya mengakhiri .
Peristiwa keributan yang sempat terjadi di Rumah Sakit Karitas Waitabula sudah sering terjadi seperti itu dikarenakan Keluarga pasien yang terkonfirmasi positif melakukan keributan karena ulah dari keterlambatan menunggu hasil pemeriksaan swab yang dilakukan oleh tim Medis Rumah Sakit Karitas.
Dan Terjadinya keributan di Rumah Sakit Karitas keluarga pasien covid-19 tidak menerima penyampaian dari pihak medis pasien terkonfirmasi covid19, keluarga juga sangat kecewa atas hasil pengambilan test swab yang sejak awal masuk kenapa tidak disampaikan agar keluarga dapat mengetahui sejak dini,dengan spontan kekecewaan itu terpaksa keluarga melakukan pengambilan paksa jenasah (MDB) dari kamar mayat Rumah Sakit Karitas, Waitabula.
Anggota DPRD Alfons Yamba Kodi salah satu keluarga dari almarhum (MDB) ketika dimintakan pendapatnya terkait persoalan di atas,Alfons menyampaikan harapan keluarga agar ada informasi jelas sejak awal pasien masuk dikaritas sampai pulang(meninggal),apakah sejak almarhum masuk rumah sakit diambil sampelnya atau setelah meninggal,kita semua tidak ikuti karena yang tahu anak kandungnya ibu Ningsih,kita butuh konfirmasi lebih lanjut kepihak Rumah Sakit, ucapnya.
Alfons berharap bagi tim medis yang melakukan pengambilan sampel bagi para pasien di rumah sakit agar usulannya diatas dan keluhan keluarga serta masyarakat dapat diperhatikan.
ronggeng dan tarian utk mengiringi almarhum Margaretha D.Bulu dalam pemakaman terakhir,suami dan anak perempuan satu-satunya ikut menari dan ronggeng sambil menangis melepas kepergian ibu Margaretha D.Bulu pemakaman terakhirnya.
Sepulangnya dari pemakaman ibu MDB,Media ini tidak menjumpai Humas RS Karitas karena waktu itu telah larut malam.
Esok harinya (09/03/2021) Media ini menjumpai pihak Rumah Sakit Karitas Waitabula, terkait dengan pernyataan anggota DPRD diatas.
Sr.Brigita selaku Humas RS Karitas Waitabula menjelaskan terperinci saat ibu MDB tiba di RS Karitas.
“Ibu MDB datang ke IGD Karitas Pukul 05.00 Wita sore dan langsung ditangani. Kondisinya saat itu sesak berat dan diberikan oksigen 15 LPM (maksimal). Diberikan Cairan Infus, antibiotik, serta obat-obat suportif lainnya.Panel darah dan pemeriksaan screening dilakukan sesgera mungkin dan ditemukan hasil Darah Sel darah putih sangat tinggi (18rb harusnya dibawah 10rb) dan hasil IgG anti SarsCov2 reaktif yang artinya pasien sudah terpapar oleh Covid-19.
Hal ini langsung dilaporkan kepada Tim Covid-19 RS Karitas dan ditndaklanjuti dengan edukasi untuk pindah ke ruang isolasi namun mendapat penolakan dari keluarga. Sehingga pasien tetap diberikan terapi di IGD dengan pelayanan maksimal sambil kita menunggu swab PCR dengan metode TCM di Waingapu”ungkap Sr.Brigita.
Lanjutnya,Adapun kendala pengiriman sampel tidak memungkinkan shingga ditunda hingga dini hari pk 5 pagi keesokan harinya. Setelah sampel sampai di waingapu, hasil butuh proses beberapa jam sehingga hasilpun baru keluar siang Pukul 12.00 WITA.
Untuk diluruskan bahwa dari awal RS Karitas menjaga KERAHASIAAN PASIEN dengan hanya membagikan informasi kepada keluarga tingkat 1 (suami, istri, anak) dan jika tidak ada kepada 1 org keluarga yg saat itu bertugas. SOP kami adalah melakukan Konseling Informasi dan Edukasi kepada keluarga terdekat dengan mengedepankan penghargaan terhadap hak asasi manusia untuk menjaga privasi.Oleh karena itu sangat disayangkan jika ada pihak keluarga yg kemudian menyalahkan bahwa RS tidak memberikan informasi yang tidak cukup.
Untuk refleksi bersama apakah perlu agar setiap pasien Covid19 di RS Karitas kami publikasikan di media sosial atau kanal berita RS?
Mari kita bersama menghadapi Covid-19 ini dengan mengedepankan sinergi antar institusi melalui prosedur yg telah disepakati di Satgas Covid-19 Kab SBD. RS tetap akan membela hak pasien, mengedepankan prinsip kerahasiaan informasi sesuai batas yg disepakati bersama dan terus membelah martabat manusia.
Untuk diketahui bersama, insiden pengambilan jenazah oleh keluarga MDB mengakibatkan kerusakan pintu kamar jenazah RS. Namun kekecewaan kami ini tidaklah menjadi masalah dalam menjalankan pelayanan. Mari bersama kita sinergi memberantas Covid-19 dari bumi marapu,Tambahnya mengakhiri.
(Paul-Eman Lendu/Tim Pasolapos).