Pasolapos.com – Waikabubak || Sr. Katarina Suharti, ALMA yang biasa disapa Sr. Harti setelah berkarya di Sumba selama 12 tahun melayani anak-anak berkebutuhan khusus (disabilitas), ia kemudian berpindah melaksanakan misi umat di Kalimantan Selatan. Dalam rangka memperingati 25 Tahun ALMA Putri berkarya di Sumba Sr. Harti sebagai perintis dan peletak dasar sempat hadir menyaksikan peristiwa bersejarah tersebut. Beberapa hari kemudian penulis ditelpon Ketua PERKASIH (Persaudaraan Kasih) Sumba Bapak Tobias Kobun untuk mewawancarai Sr. Harti di Wisma ALMA Putri di Kaori Waikabubak Sumba Barat. Berikut hasil wawancara.
Setelah berkarya belasan tahun di Sumba, Sr. Harti ditugaskan oleh atasan di Malang untuk Misi Umat/misi iman/pastoral, di Mandam Kaliman Selatan dan tetap memperhatikan rehabilitasi sumber daya masyarakat (orang-orang cacat). Hal itu dilaksanakan berdasarkan perintah pimpinan ALMA Pusat dan pendiri ALMA Rm. Janssen, CM. Program evangelisasi dilakukan melalui pendekatan dengan orang asli berkepercayaan kaharingan. Mengajak dan membimbing mereka, bagi yang berkenan menjadi simpatisan; melalui tahapan pembinaan dan dibaptis. Hal itu tidak mudah kisah Sr. Harti tergantung proses dan kehati-hatian tetapi berkesan. Melalui ketua adat, kepala desa . Awal evangelisasi ada empat belas umat dan kini bertambah menjadi empat puluh tiga Kepala Keluarga.
Karya misi umat tersebut dilaksanakan dalam tim bersama Sr. Rince Regina Ambu, ALMA dan Sr. Mariance Io, ALMA. Pengalaman misi umat/evangelisasi sangat berkesan melalui proses pendekatan dengan ketua adat, kepala desa, romo dan suster; sehingga terjadi koordinasi yang baik. Kemudian mereka didampingi supaya mengerti tentang iman Katolik. Dan ada hal yang menarik bahwa inkulturasi, katekese, tradisi mensyukuri hasil panen misalnya , dipadukan dengan perayaan ekaristi merupakan kekhasan yang membanggakan.
Membandingkan medan pelayanan Sumba dengan Kalimantan Selatan, lebih berat medan Kalimantan Selatan cerita Sr. Harti. Perjalanan pergi pulang dari Kalimantan Selatan sampai ke medan pelayanan sekitar Kalimantan Timur membutuhkan waktu 20 jam. Apalagi biaya operasional pelayanan di lapanagan pun kadang ada kesulitan, namun ada upaya-apaya mengatasinya melalui bantuan orang-orang yang berkehendak baik/ donatur. Misi pelayanan di Kalimantan Selatan itu bisa terlaksana berdasarkan Kontrak Kerja Yayasan Bhakti Luhur Malang dengan keuskupan Samarinda.
Dalam karya pelayanan di bidang misi umat Sr. Harti selalu percaya pada penyelenggaraan Ilahi, kendati ada banyak tantangan. Tapi kebutuhan sehari-hari seperti sembako selalu terpenuhi tidak kekurangan, dan ia yakin bahwa Tuhan akan memberi apa yang dibutuhkan. Dan prinsip Sr. Harti melayani dengan tulus, kalau kurang Tuhan bantu.
Untuk kegiatan berdasarkan program misi umat : rekoleksi,pertemuan-pertemuan, dan kebutuhan sehari-hari, biaya operasional besar. Upaya-upaya yang dilakukan dengan mencari sendiri ternyata bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari; bahkan ada yang lebih dan bisa disumbangkan ke paroki kenang Sr. Harti.
Prinsip Sr. Harti “ waras tetap bertahan dalam kesulitan , “ pasang kuda-kuda terus, kegiatan jalan terus dalam melayani umat. Bahagia melayani orang-orang kecil, susah. Sr. Harti bertekad di mana-mana enjoy saja. Itu dibuktikan bahwa setelah 7 tahun numpang di rumah milik keuskupan, bisa beli sebidang tanah 110 m x 63 m kemudian dibeli lagi ukuran 17 x 102 m di Mandam. Setelah memiliki bidang tanah tersebut Sr. Harti bingung tidak ada orang kaya, tidak ada orang Cina. Ya doa minta kepada Tuhan.
Diceritakan lebih lanjut bahwa untuk membangun rumah/wisma ia mendapat bantuan awal 500 juta dari Pater Janssen, selebihnya diusahakan oleh Sr. Harti. Awalnya mengalami kesulitan tambahan dana. Tetapi berkat doa Sr. Harti kepada Bunda Maria ketika sedang berada di Pontianak, Kalimantan Barat seorang donatur menelpon menyumbangkan 500 juta rupiah. Betapa bersyukur Sr. Harti telah mendapat pertolongan dalam kesulitan yang dialami. Prinsip Sr. Harti dalam menjalankan tugas misi umat “ kesulitan ada tidak peduli “. Ketika ditanya Pasolapos membandingkan ketika melayani kaum marginal/pinggiran/disingkirkan, kaum yang terlunta-lunta terutama kaum disabilitas Sumba dan Kalimantan mana rasanya lebih membahagiakan ? Jawab Sr. Harti “ sama saja “. Ini menunjukkan sosok seorang Sr. yang tekun menjalankan tugas tanpa lelah tanpa mengeluh dalam karya pelayanan di Pulau Borneo.
Di akhir cerita Sr. Harti menjelaskan ia bersama beberapa teman suster mengajar juga di 2 SD ,1 SMP, dan 2 SMA. Bahkan pernah mengajar pada sekolah tertentu selama 12 tahun tanpa digaji. Luar biasa sosok Sr. Harti yang melayani dengan sungguh tanpa mengharapkan imbalan. Semoga Sr. Harti tetap berkomitmen menjalankan misi umat dan misi kemanusiaan terutama kepada kaum disabilitas dengan teguh dan setia. Proficiat , sukses selalu Sr. Harti ALMA. *** Agustinus B. Wuwur. Pasolapos/Red.