TAMBOLAKA – PASOLAPOS.COM || Sembilan partai politik sedang melakukan proses penjaringan bakal calon bupati dan wakil bupati untuk periode 2024-2029 di Kabupaten Sumba Barat Daya. Beberapa di antaranya, seperti PDIP, Demokrat, dan Golkar, telah menutup pendaftaran. Namun, partai lain seperti Gerindra, PAN, Perindo, Hanura, PKS, dan PKB masih dalam proses penjaringan.
Munculnya Thobias Tamo Ama Bulu, putra dari Wewewa Utara, dalam proses penjaringan ini menarik perhatian bagi banyak kalangan, sosoknya menjadi penantang baru dalam pertempuran politik di pilkada 2024-2029.
Thobias telah mendaftar di empat partai politik: Demokrat, Gerindra, PKB, dan Hanura. Ia mengatakan bahwa dirinya tidak mendaftar ke partai lain. Bagi Tohbias keempat partai tersebut cukup mengusungnya sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati SBD.
“Cukup empat partai. Kuotanya sudah memenuhi untuk bisa mengusung sebagai bakal calon bupati” Ungkap Thobias kepada wartawan.
Thobias juga telah mempersiapkan bakal calon wakilnya, dengan beberapa tokoh dari Kodi yang telah bersedia untuk berpasangan dengannya.
“Kalau untuk nomor dua saya sudah melakukan pendekatan dengan beberapa tokoh dari kodi. Ada yang bersedia, dan bahkan ada yang sudah minta jadi wakil,”.
Dia menegaskan bahwa tujuannya adalah untuk menang, dan keempat partai yang sudah dilamarnya sudah cukup untuk mencapai tujuan tersebut.
Selain itu, Dirinya juga menyoroti kurangnya penonjolan wajah kota Sumba Barat Daya, menyatakan bahwa perubahan memerlukan pemimpin dengan visi yang jelas dan rencana yang matang. Thobias menegaskan bahwa transformasi Sumba tidak akan terjadi secara instan, tetapi melalui tahap demi tahap yang dipimpin oleh pemimpin yang memiliki konsep dan pengalaman.
“SBD mana sih ko kotanya. Kota itu harus punya warna tersendiri. Tapi untuk mencapai itu butuh pemimpin yang punya konsep dan pengalaman. Mau rubah satu tempat ya harus ada master plan nya. Saya juga datang tidak mungkin sulap ini Sumba. Pasti melalui tahap demi tahap,”.
Thobias juga mengkritisi stigma terhadap masyarakat Sumba yang dianggap bodoh dan miskin. Baginya, yang sebenarnya miskin adalah pemimpin yang kurang memiliki konsep, ide, dan gagasan untuk membangun daerah tersebut.
“Selama ini selalu dianggap bahwa sumba itu termiskin, terbodoh, banyak orang bodoh di sumba. Saya mau jawab bahwa orang sumba itu tidak bodoh dan tidak miskin. Yang miskin itu adalah pemimpin, yang miskin ide, konsep dan gagasan untuk membangun dan merubah sumba,” Tegas Thobias.
Red: Hans Wea