Tambolaka ,Pasolapos.com – Kasus Positif covid-19 kian melonjak di kabupaten SBD, sejumlah karyawan dari beberapa unit usaha di wilayah SBD pada hari Senin, 22 Februari 2021 lalu menjalani rapid test antigen yang bertempat di posko penanganan Covid-19 SBD.
Data yang diperoleh dari posko covid-19 Kabupaten SBD terkait rapid test antigen ini menunjukkan terdapat 44 kasus terkonfirmasi positif Covid-19, dari jumlah yang menjalani rapidtest antigen sebanyak 134 orang.
Hasil yang diperoleh ini didapat dari rapid test antigen yang dilakukan pada karyawan RM. Makan Dulu, dari 21 orang yang melakukan rapid test antigen 18 orang dinyatakan positif Covid-19, dan RM. Dapur Sumba dari 38 orang yang melakukan rapid test antigen 9 orang dinyatakan positif Covid-19 serta unit kerja Bandar Udara Tambolaka dari 75 orang yang melakukan rapid test antigen sebanyak 17 orang diantaranya dinyatakan positif Covid-19.
Hasil rapid test antigen yang dikeluarkan oleh posko utama covid-19 SBD ini, mendapat respon kurang koperatif dari pemilik usaha yang beberapa karyawannya dinyatakan positif covid-19 serta melakukan perbandingan ke RS. Karitas Weetebula karena merasa tidak puas dengan hasil dari posko Covid-19 kabupaten Sumba Barat Daya.

Pemilik usaha RM. Dapur Sumba yang sebagian karyawannya dinyatakan positif covid-19, merespon baik hal ini dengan melapor kepada posko penanggulangan Covid-19 Kabupaten SBD bahwa mulai Jumat, 26/02/2021 rumah makan akan ditutup sementara sesuai instruksi dari satgas covid SBD pada hari Rabu, 24/02/2021.

Bandar udara Tambolaka menanggapi hal ini langsung menginstruksikan pegawai yang terkonfirmasi positif untuk melakukan isolasi, dan memperketat protap covid-19 saat bekerja sehingga tidak terjadi penyebaran.

Sedangkan salah satu tempat usaha yaitu RM. Makan Dulu saat dikunjungi oleh tim satgas posko Covid-19 SBD pada Kamis, 25 Februari 2021 , tidak mengindahkan arahan dari tim satgas Covid-19 SBD dan sempat berdebat karena merasa keberatan jika rumah makan tersebut ditutup untuk sementara.

Tim satgas covid-19 yang bertugas saat itu dengan tegas memberikan penjelasan agar membuat surat tertulis jika merasa keberatan dengan hal itu dan segera melapor ke Dinas Kesehatan serta memberikan tembusannya ke satgas Covid-19 SBD sehingga tidak menimbulkan keresahan dan keraguan masyarakat terhadap kinerja dari tim satgas covid-19 SBD.
Dr. Selan dalam kunjungan tersebut kemudian memberikan arahan untuk tetap mengikuti peraturan protokol kesehatan yang berlaku demi kebaikan bersama agar kasus penyebaran covid tidak semakin membludak.
“tugas kami sekarang Ibu ikut dulu, jalan dulu, masalah Ibu tidak mau melakukannya itu urusan pihak rumah makan yang Ibu kelola, nanti ada tim lagi yang ditentukan oleh pimpinan untuk kembali lagi menindak lanjuti” ungkap dr. Selan.
Tim satgas Covid-19 SBD saat itu juga memberikan instruksi agar segera mengisolasi para karyawan yang terkonfirmasi positif covid-19 itu dulu, agar mengantisipasi akan dampak yang lebih besar jika tidak ditangani sedini mungkin.
Mendengar penjelasan dari dr. Selan bersama tim satgas lainnya, pemilik RM. Makan Dulu ibu Demta Bato tetap menolak dan tidak mau menjalankan protap dari posko Covid-19 SBD dengan alasan perbedaan hasil rapid test antigen dari posko Covid-19 dengan hasil rapid test antigen RS. Karitas.
“pokoknya saya sudah menyampaikan secara lisan hari ini dan bila perlu saya membuat surat dan saya akan berikan ke posko bahwa saya tidak bisa menjalankan protap covid-19 dengan alasan tersebut” protes ibu Demta.
Drg. Yulianus Kaleka kepala dinas kesehatan SBD berkaitan dengan kejadian ini saat di temui menyampaikan bahwa hal itu tidak dibenarkan apalagi sampai melakukan perbandingan.

“Fungsi screening dari tim satgas ini tujuannya ialah dengan melakukan screening ketika dinyatakan positif dapat dengan segera dihentikan penyebarannya, maka bagi yang dinyatakan positif covid-19 harus betul-betul patuh untuk melakukan isolasi mandiri. Dan ini berlaku untuk semuanya tanpa terkecuali” tutur drg. Yulianus.
Dirinya menambahkan lagi terkait hasil berbeda yang dikeluarkan oleh pihak RS Karitas Weetebulla. Dirinya telah menegur secara lisan pihak RS. Karitas Weetebulla.
“Tidak diperkenankan melayani masyarakat yang bukan pasiennya. Pihak rumah sakit hanya boleh melakukan rapid test antigen terhadap pasiennya saja. Bukan terhadap orang yang datang tanpa gejala dan meminta untuk dilakukan rapid test. Jika hal ini tidak diindahkan maka akan diambil langkah yang lebih tegas” sambung drg. Yulianus.
Kejadian ini tentu akan menjadi polemik dalam masyarakat, mengatasi hal ini tim satgas terus gencar melakukan sosialisasi dan edukasi baik melalui media ataupun secara langsung, sehingga kejadian ini tidak menimbulkan kegaduhan dalam lingkungan masyarakat.
Untuk diketahui perkembangan kasus positif covid-19 SBD terus melonjak pada bulan Februari ini. Data yang diperoleh dari posko utama covid-19 SBD pertanggal Jumat, 26 Februari 2021 dari total yang menjalani rapidtest antigen berjumlah 151 orang dan yang terkonfirmasi positif berjumlah 74 orang negatif 77 orang. Demikian di sampaikan posko utama covid-19 SBD untuk diketahui bersama.
(Paul-Ray,DD)