Figur  

MENGENANG ROMO DOMI RUA DAPPA

FIGUR – PASOLAPOS.COM

“ INJIL HIDUP “

Artikel tentang Rm. Domi telah dimuat pada Mingguan DIAN , di Ende -Flores 16 Juli 1999 oleh penulis. Untuk mengenang jasa beliau sebagai “ Injil Hidup “ maka patut dipublikasikan kembali untuk mengingat jasa beliau sebagai imam pertama putra asli Sumba.

 

Romo Dominikus Rua Dappa, Pr, biasa disapa Romo Domi , adalah imam pertama putra asli Sumba. Beliau meninggal puluhan tahun silam. Selama hidupnya, Almarhum dikenang karena penghayatan didupnya sebagai seorang imam. Hal ini menjadi bukti bahwa Sumba diberkati Tuhan. Di tanah Sumba ada harapan untuk perkembangan Gereja selanjutnya.

 

Romo Domi almarhum lahir 12 Oktober 1935 di Loko Tuwa, Weepengali, Sumba Barat (Sekarang Sumba Barat Daya), putra ke-4 dari pasangan Benaka Bulu Peka dan Bitu Meda. Tahun 1946 masuk Sekolah Rakyat di Weepengali. Tanggal 4 Juni 1948 menerima baptisan dari Pater Egbert Kuhne, SVD, Deken Weetebula. Tahun 1949 masuk Sekolah Rakyat di Weepengali. Tanggal 4 Juni 1949 menerima Komuni Pertama.Tanggal 29 Juni 1950 menerima Sakramen Krisma. Tahun 1951 menyelesaikan Sekolah Rakyat dan melanjutkan pendidikan di Seminari Menengah St. Yohanes Berchmans, Toda Belu, Mataloko, Flores.

 

Tanggal 10 September 1959 masuk Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret Maumere Flores. Tanggal 15 April 1966 ditahbiskan menjadi imam di Lela Flores oleh Mgr. Gabriel Manek, SVD. Justru pada saat penuh rahmat ini, kedua orang tuanya tidak hadir karena telah dipanggil Tuhan sebelum Almarhum menjadi imam.

 

Tahun 1967-1970 ia berkarya sebagai pastor pembantu di Paroki Sang Penebus Waingapu Sumba Timur. Beberapa bulan ia mengabdikan diri di Paroki St. Petrus dan Paulus Waikabubak. Selanjutnya tahun 1971-1974 bertugas sebagai Pastor Paroki Raba Bima dan melayani umat di Dompu dan Donggo yang meliputi Stasi Tolonggeru, Nggeru Kopa dan Mbawa. Tanggal 23 Juni 1974 setelah 8 tahun berkarya Almarhum mendapat infeksi usus buntu yang selanjutnya mengantarnya menghadap Bapa si Surga. Kemudian dimakamkan di Bima Sumbawa.

 

Banyak orang memberi kesaksian bahwa Romo Domi adalah seorang pendoa yang tekun. Ia suka bekerja keras. Tugas dan tanggung jawabnya dikerjakan sampai tuntas. Kepolosan , kesederhanaan dan kejujuran mewarnai hidupnya. Sifatnya yang humoris telah menghibur banyak orang. Pribadinya yang ramah dan mudah bergaul telah merangkul umat dari berbagai golongan dan agama. Seluruh pribadinya adalah “ Injil Hidup “ bagi umat.

 

Sampai saat ini beberapa nasihatnya masih menggema di hati umat. “ Menjadi orang baik, penting dalam hidup ini . Dalam kesibukan apa pun jangan lupa berdoa. Ikutilah aturan-aturan Allah dan berpegang teguhlah pada perintah-perintah-Nya. Tabahlah dalam menghadapi berbagai tantangan. Anak-anak harus sekolah, tidak tinggal di rumah. Maka bekerjalah lebih keras hidup hemat dan belajar menabung untuk membiayai pendidikan anak-anak.

 

“Untuk penginjilan kepada orang Marapu Almarhum berpesan “ Yang penting bagi mereka adalah perubahan hidup kendati mereka tidak dipermandikan “. Dan kepada para imam Almarhum berpesan “ Hendaknya para imam jangan jatuh ke dalam dosa. Seorang imam harus selalu ingat bahwa di mana dia berada, di situ Tuhan ada. Dan ia harus selalu kudus agar layak berada di altar “.

 

Kerangka jenazah Romo Domi dipindahkan ke Sumba. Alasan pemindahan antara lain kuburnya digenangi air laut saat pasang naik dan pemerintah setempat hendak menggusur kuburan untuk mendirikan gedung. Atas restu Uskup Weetebula kerangka jenazah Romo Domi dipindahkan ke Sumba. Dalam rangka menghidupkan kembali “ Injil Hidup” bagi Gereja Sumba menyongsong Tahun Rahmat Yubileum Agung Tahun 2000, sekaligus kenangan akan 20 tahun berpulangnya Romo Domi, maka kerangka jenazahnya diantar pulang ke Sumba (saat itu) oleh Romo Marcel P. Lamunde melalui persinggahan di paroki : Waingapu, Lewa, Katikuloku, Waikabubak, Elopada, Waimangura, dan disemayamkan di Gereja Katedral Weetebula selama satu tahun mulai 23 Juni 1999 sampai 23 Juni 2000. Dan kerangka jenazah dikebumikan di Pakamandara. “ Jika ia mati ia akan menghasilkan banyak buah”. (Yoh.12 :24). *** Red/Pasolapos. Agustinus B. Wuwur.

Tinggalkan Balasan