Religi  

KAUSALITAS KEHANCURAN KOSMOS

 

KAUSALITAS KEHANCURAN KOSMOS

Oleh: Arkadius Minggu

(Mahasiswa Fakultas Filsafat)

Segala sesuatu yang berada di muka bumi ini memiliki sebab adanya; dan apabila terjadi suatu perubah, maka perubahan itu harus memiliki dasar atau sebab dari perubahan itu, mengapa sampai terjadi perubahan;, karena tidak mungkin sesuatu itu terjadi tanpa alasan, krena segala sesuatu di semesta ini memiliki alasanya masing-masing. kalau kita hendak mengatakan bahwa bumi atau kosmos sebagai rumah kita bersama ini mengalami kehancuran atau merintih keskitan maka tentu ada alasan (cause) dari kehancuran itu yaitu adanya tidakan manusia yang tidak bermoral terhadap alamsemesta ini misalnya tidak merawat alam; adnya eksploitasi yang berlebihan, mengambil sesuatu tanpa menanam kembali dan sebagainya. Sebaliknya jangan heran apa bila bumi atau alam semesta ini merespon semua tindakan manusia yang tidak bermoral itu dengan tidak baik juga yaitu dalam rupa berbagai bencana yang muncul: bencana alam (longsor, Gempa Bumi,Banjir….). semua respon yang ditanggapi alam semesta ini tentunya mengancam kenyamanan hidup manusia sebagai bagian dari bumi atau penghuni bumi itu sendiri. Oleh karena itu saya dan semua orang yang menghuni alam semesta ini seharusnya khawatir atau perihatin apabila bumi sebagai rumah kita bersama ini mengalami kehancuran atau merintih kesakitan karena bumi adalah bagian dari tubuh kita. Apakah kita bisa bertahan untuk tidak minum air satu atau dua hari, atau tidak menghirup udara terkunci diruangan yang tidak ada udara. Oleh karena itu jangan lakukan kepada orang lain apa yang tidak kau kehendaki orang lain lakukan padamu begitupun dengan bumi ini. Mari kita merawat rumah kita bersama ini sebagai bagian dari diri kita.

 

PENDAHULUAN

Kosmologi sebagai rumah kita bersama butuh kasih sayang dari manusia untuk memperhatikanya dan melestarikanya. Alam semesta adalah hadiah atau pemberian Tuhan yang patut kita syukuri dan kita agungkan. Kehancuran kosmos adalah suatu masalah yang menjadi perhatian semua orang dan suatu bentuk dari tidak tahu bersyukur atas anugerah Tuhan atasnya. Begitu banyaknya kerusakan yang terjadi akibat ulah dan ketidaksadaran manusia akan hidup sebagai pelestari dan penikmat alam semesta ; Contohnya, ada begitu banyak aturan yang dipasang di berbagai tempat seperti larangan untuk jangan membuang sampah di tempat ini; teragisnya dimana ada tulisan yang dipasang demikian dibawah tulisan itu begitu banyak sampah yang berserakan dan malahan tambah menebarkan sampah di tempat itu; tulisan jangan membuang sampah di tempat ini malah dianggap mereka sebagai suruhan untuk membuang sampah di situ. Oleh karena itu marilah kita menyelidiki dan melihat apa yang menjadi sebab dari ketidaktahuan itu mengapa dilarang malah di buat. Dalam pandagan saya, mengapa banyak orang mengabaikan larangan itu dan masih membuang sampah disitu karena kita tidak membersikan dulu sampah yang ada di situ sehingga mereka melihat tumpukan sampah itu dan menganggap itu sebagai tempat yang pas buat sampah. Kita seharusnya membersihkan dulu sampah yang ada di situ. Itulah salah satu contoh kerusakan alam semesta. Kita hendaknya memiliki hati untuk Rumah kita bersama ini yakni merawatnya dan melestarikannya dan bukan hanya menikmatinya.

 

Berbicara mengenai kausalitas, memang menjadi bagian penting dari sekian hukum alam. Dari pernyataan ini timbul permasalahan mengenai kausalitas tersebut. Sebab, prinsip kausalitas/ hubungan sebab- akibat inilah, yang menjadi bahan permasalahan dalam kosmologi ini. Seperti, diungkapkan Moritz Schlick, bahwa kata sebab dan akibat sama sekali tidak terjadi dalam hukum alam; sebagai penggantinya kita memakai istilah antar hubungan kejadian yang diungkapkan oleh fungsi matematis. Menurut pengelaman langsung dilapangan, ia menyatakan semua akibat yang diamati merupakan akibat yang berdekatan atau sebab- akibat saling berdekatan. Berikut ada pandangan kuno dari Aristoteles, dengan teorinya yang terkenal yakni empat sebab; ( causa materialis, causa Setiap kejadian atau perubahan yang terjadi, yang kelihatan dan nyata terjadi serta yang dapat dilihat, sebanarmya semua yang terjadi itu ada sebabnya. Tanpa sebab tak suatupun dapat terjadi dan dapat berubah. Dan tentulah sebsb-sebab yang terjadi itu menunjukan suatu realitas perubahan baru menjadi inrelligibilis kalau ada sebabnya,dan yang berujung atau berakhir pada kesimpulan bahwa perubahan membutuhkan suatu sebab (causa effendi). Atau singkatnya, ada sebab maka ada akibatnya.

Ada begitu banyak pandangan para filsuf mengenai prisip kausal ini salah satunya adalah kausalitasnya Aristoteles tetapi sbelum masuk pada prisip kausalitasnya marilah kita melihat apa itu prinsip kausalita; Dalam kamus filsafat kata prinsip kausal atau causal prinsipel adalah prinsip yang menyatakan bahwa setiap kejadian memiliki penyebab(sebab-akibat). Dan dala hukum dasar logika prinsip ini merupakan prinsip yang yang ke-4 disitu dikatakan bahwa principium rationis safficientis (law of sufficientreason) atau hukumcukup alasan yakni kaedah pemikiran yang menyatakan bahwa jika perubahan terjadi pada sesuatu maka perubahan itu memiliki alasan yang cukup.

 

Aristoteles dalam dalam ajarannya mengenai sebab (causa), ia membedakan empat penyebab untuk mengartikan suatu kejadian atau penamakan. Pertama, pemyebab formal (causa formalis). Inilah bentuk yang menyususum bahan. Misalnya, bentuk kursi diatambahkan pada kayu sehingga kayu menjadi sebuah kursi. Kedua, penyebab final (cuasa finalis). Inilah tujuan yang menjadi arah seluruh kejadian. Misalnya, kursiahar orang dapat beristerahat jika merasa lelah. Ketiga, penyebab efisien (causa efficiens). Inilah motor yang menjalankan kejadian. Misalnya, tukang kayu membuat kursi. Keempat, penyebab material (causa materialis). Inilah bahan dari mana suatu benda dibuat. Misalnya, bahan material kursi adalah kayu, paku, rotan, dan tali. Menurut Aristoteles, penyebab material adalah faktor yang menimbulkan adanya ketidak mantapan dalam suatu benda. Tanpa keempat unsur itu perubahan tidak bisa terjadi. Akan tetapi unsur-unsur itu sendiri tidak cukup unruk menghasilkan suatu realitas perubahan. Perubahan itu baru menjadi intelligibilis kalau melibatkan sebab di dalamnya.

 

 

KEHANCURAN KOSMOS

Bumi sebagai rumah bersama merintih kesakitan karena keegoisan dan tindakan manusia yang merusak ekosistem alam semesta. Manusia tidak bertanggung jawab atas kekayaan yang telah dianugerahkan Allah untuk dirinya tetapi ia malah menimpangkan segalakekacauan dan kerusakn atasnya. Alam semesta ini merupakan lingkungan hidup bersama (oikoumene), sumber kehidupan dan kesejahteraan bersama (oikonomia) bagi seluruh ciptaan baik organisme (mahluk hidup) dan anorganisme (benda-benda mati). Ekologi berkaitan dengan hubungan hubungan di antara tumbuhan, hewan dan lingkungan di mana mereka hidup. Bumi merupakan kediaman bersama manusia dengan mahluk lainya. Bumi merupakan rumah yang di dalamnya manusia, hewan, tumbuhan dan materilainya yang hidup ecara berdampingan. Akan tetapi ekologi bukan semata-mata berurusan dengan pencemaran. Ia juga bukan semata-mata persoalan tentang kerusakan alam. Lingkungan hidup atau ekologi memiliki pengertianyang lebih luas,lebih mendalam dan lebih filosofis menyakut kehidupan dan interaksi yng terjalin didalamnya. Ia menyangkut mata rantai jaring makanan dan siklus yang menghubungkan satu kehidupan daengan kehidupan lainya dan interaksi antara semua kehidupan dengan ekosistemnya, dengan bumi tempat hidup semua kehidupan. Singkatnya, ekologi berbicara tentang kehidupan dan jaringan kehidupan yang terjadi dari jaringan di dalam jaringan.

Eksploitasi besar-besaran terhadap materi yang terkandung di perut bumi, salah satunya untuk kebutuhan energi, cepat atau lambat bisa menjadi petaka, seperti gas rumah kaca, pergeseran kerak bumi yang makin cepat, gempa bumi, perubahan cuaca , bencana banjiryang siklusnya makin pendek, makin sering, dan makin susah diramal. Seua hal itu menggambarkan betapa teragisnya alam semmesta ini kalau ia geram karena manusia yang kurang ajar tidak memperhatikan kelestarianya melainkan bertindak sesuka hati, menebang tanpa menanam kembali. Manusia begitu egoisnya sampai ia lupa bahwa alam semesta adalah bagian dari kehidupanya yang butuh di jaga , rawat dan di perhatikan. Jika terjadi suatu perubahan pada alam semesta tentu memiliki alasan yang cukup untuk menelaahnya. Jika alam semesta ini merintih kesakitan maka pasti ada alasanya. Oleh karena itu mari kita menyelidiki apa yang menjadi akar mausiawi kehancuran kosmos atau rumah kita bersama ini

Laudato Si mengambarkan secara jelas beberapa akar manusiai krisis ekologis yakni

Teknologi: kereatifitas Dan Kekuasaan

Globalisasi Paradigma Teknokratis

Krisis Dan Dampak Antroposentrisme Moderen

Relativisme Praktis

Kebutuhan Untuk Melindungi Pekerjaan

Teknologi Biologi Yaang Baru.

Inilah akar manusiawi yang menyebapkan berbagai persoalan. Disini bukan bermaksut menyalahkan teknologi atau berbagai kemajuan yang di usahkan manusia tetapi pemakaian yang tidak dengan benar atau tidak bermoral itilah yang menjadi dampak kerusakan bagi alam semesta ini

 

 

IV. KONKLUSI DAN PENUTUP

Benarlah; beberapa kepercayaan dalam berbagai kebudayaan yang mengatakan bahwa apa yang sudah disimpan oleh Tuhan di dalam perut bumi biarlah tersimpan di perut bumi karena bila dieksploitasi dapat menimbulkan bencana. Kausalitas kehancuran kosmos adalah manusia itu sendidri. Ia yang menjadi subjek sekaligus objek. Ia yang mengekploitasi alam dengan tidak bermoral dan tidak bertanggungjawab maka reaksi yang di respon alam juga akan di tanggungnya sendiri. Apabila ada sebab pasti ada akibat.Singkatnya, manusia melakukan, manusia menanggungnya dan manusia memperbaikinya sendiri. Kosmos butuh di lestarikan kembali dari kerusakan yang telah di lakukan manusia. Kosmos danmanusia adalah satu kesatuan. Jika osmos hancur itu artinya manusia juga ikut menderita. Kosmos adalah tubuh kita; udara yang kita hirup, air yang ita minum dan makanan, buabuahan dan segala yang ada di perut bumi ini membantu kita untuk bertahan hidup. Tetapi yang perluh diperhatikan adalah bukan hanya soal bagaimana kita menikmati semuanya itu tetapi juga bagaimana kita merawat dan menjaganya sebagai bagian dari tubuh atau hidup kita. Alam butuh perhatian kita.

 

 

 

Tinggalkan Balasan