GALILEA MART

WAIKABUBAK,PASOLAPOS.COM – “ Sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui “, pepatah ini cocok disematkan kepada sosok ibu Sarniati Tamo Ina, S.Pd yang menggeluti pula bisnis dengan alasan membuka peluang kerja bagi yang membutuhkan dengan mempekerjakan lima orang pekerja.

 

Ibu Sarniati begitu ia biasa disapa adalah seorang PNS yang bekerja sebagai guru di SMP Katolik Waikabubak, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Dalam kesehariannya ibu ini pandai mengatur waktu sehingga dapat melaksanakan tugas pokoknya sebagaimana biasa. Ketika ditanya kapan memulai bisnisnya ia menjelaskan sejak covid merebak tahun 2020 dan 2021, dan menjadi alas- an bahwa di sekitar tempat ia tinggal Jalan Peli, Desa Weelimbu, Kecamatan Wewewa Timur, Sumba Barat Daya, NTT belum ada kios atau toko untuk menyediakan kebutuhan pokok masyarakat , hal itulah yang mendorong usahanya yang kini berkembang maju.

Ibu Sarni : membagi waktu dalam berkarya.

Ia lalu berargumentasi bahwa ingin memberi contoh kepada masyarakat agar jujur dalam berbisnis antara lain menggunakan timbangan dalam menakar barang yang dijual kepada konsumen jangan dirugikan, atau ketika membeli kemiri petani misalnya ia ajarkan kepada karyawan-karyawatinnya agar jujur menggunakan timbangan . Hal itu ditegaskan dengan dasar biblis “ cukupkanlah dirimu dengan gajimu “, tidak boleh mengambil keuntungan tidak wajar.

 

Dikisahkannya bahwa upaya awalnya masih kecil dan dikelola oleh sang nenek, kemudian prospeknya menjanjikan, kemudian ia pun nekad menambah modal dari tabungan lima puluh juta rupiah dan seratus juta rupiah pinjaman dari bank dan mendirikan Ga lilea Mart, dengan penghasilan harian jutaan rupiah. Untuk mengelola bisnisnya ibu Sarni mengandalkan seorang karyawati Mirna sebagai teller, dan semua pembukuan keuangan ditata dengan baik sehingga semua manejemennya aman.

 

Barang-barang yang dijual di Galilea Mart : sembako, suku cadang sepeda motor, barang pecah-belah, alat-alat listrik, semen, paku dan bahan bangunan lainnya. Selain itu ia pun membeli kemiri masyarakat dengan harga memadai dan menjualnya ke mitra bisnisnya di Surabaya.

 

Dengan berbisnis ibu satu anak ini menjelaskan bahwa ia ingin membagi pengalaman kepada masyarakat tentang pola hidup hemat. Menurutnya budaya patut dihargai tetapi zaman berubah dan kebutuhan hidup semakin banyak, harga-harga melonjak. Ia memberi contoh apabila melayat ke rumah duka ia usahakan membawa uang dengan jumlah yang wajar dalam amplop , dibandingkan kain atau parang biayanya lebih besar; nilai ekonomis perlu dipertimbangaan demi kepentingan keluarga yang berduka.

 

Dan menunggu saat pemakaman jenasah biasanya berhari-hari, ada orang yang berhari-hari juga pergi pulang bahkan tinggal beberapa hari di rumah duka. Baginya hal itu tidak efektif dan tidak efisien dari aspek waktu dan pekerjaan. Usulnya cukup sehari saja melayat, sehingga waktu yang lain dapat digunakan bekerja menghasilkan pendapatan. Kecuali hubungan keluarga dekat apa boleh buat. Prinsipnya waktu adalah peluang bekerja dan produktif.

 

Lebih lanjut jelas guru IPA pada SMP Katolik Waikabubak itu bahwa masyarakat kita butuh tindakan nyata. Bersihkan pikiran jangan gosip menghabiskan waktu, tangan berfungsi bekerja sembari memberi contoh bahwa setiap kali setelah makan ia harus menanam apa saja di pekarangan atau kebun di sekitar rumah : lombok, tomat, pepaya, apa saja ditanam : semacam falsafah hidupnya :” Setelah makan menanam “. Awalnya karyawan-karyawatinya merasa lucu, tapi mereka pun meniru dan hasilnya menggembirakan.

 

Diakhir wawancara ditanya soal penghasilan sebagai PNS sudah cukup mengapa berbisnis, ia menjawab singkat “ semangat membangun “ yang menjadi spirit hidup dan merasa gembira bisa membuka peluang kerja bagi pencari kerja dengan upah yang memadai pula. Profiat Ibu Sarniati. ***

Agustinus B. Wuwur/Red/Paslolapos.

 

Tinggalkan Balasan