Gagal Panen di Sumba Barat Daya Bisa Sebabkan Krisis Pangan Berkepanjangan

Salah satu kebun warga yang mengalami gagal panen di Desa Weepangali,Sumba Barat Daya.

TAMBOLAKA – PASOLAPOS.COM || Kabupaten Sumba Barat Daya yang ibu kotanya di kota Tambolaka, merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi NTT, dengan 11 Kecamatan dan 173 Desa serta 2 Kelurahan.Sejak mekar menjadi Kabupaten SBD pada tanggal 8 Desember 2006, melalui rapat paripurna DPR RI telah ditetapkan pemekaran 16 daerah otonom baru di Indonesia termasuk pemekaran Kabupaten Sumba Barat menjadi Sumba Tengah dan kabupaten Sumba Barat Daya. Selanjutnya ditetapkan undang-undang nomor 7 tahun 2007 tentang pembentukan kabupaten Sumba Tengah dan, undang-undang nomor 16 tahun 2007 tentang pembentukan kabupaten Sumba Barat Daya.

 

 

Topografi Kabupaten ini mayoritas perbukitan dan masyarakat yang bervariasi.Rekapan data yang diperoleh media ini ada yang pribumi,ada yang dari suku luar seperti Sabu,Timor dan Flores serta dari daerah lain,semua berdomisili di Kabupaten Sumba Barat Daya.

 

 

Selama ini para petani melakukan Panen merupakan suatu rangkaian proses dalam perkebunan ataupun pertanian yang dilakukan untuk mengumpulkan dan mendapatkan buah dari hasil panen yang akan dialokasikan baik langsung kepada distributor maupun konsumen langsung.

 

 

Berdasarkan data tentang mata pencaharian penduduk di Kabupaten Sumba Barat Daya, bahwa sebanyak 85% bekerja di sektor pertanian. Walapun demikian saat ini kabupaten Sumba Barat Daya dihadapkan dengan berbagai masalah dibidang pertanian yang meliputi budidaya, pengolahan pasca panen dan pemasaran. Selain itu kurangnya pengetahuan akan teknis budidaya, perawatan dan pengendalian hama menjadi salah satu faktor gagal panen terlebih iklim cuaca yang terkadang hujanya tidak dapat dipastikan.

Salah satu Petani asal Desa Weepangali yang menyayangkan atas gagal panen tahun ini,dalam obrolan ia berharap pemerintah bisa mencari solusi atas masalah ini.

Menurut Agus yang kerap disapa bapa Alfon dan Rudi (bapa Naldino) yang merupakan salah satu petani di Desa Weepangali menyatakan bahwa tahun ini mayoritas masyarakat gagal panen.

 

 

” Tahun ini gagal panen sama sekali, mau dari jagung, padi, kacang hijau dan umbi-umbian tidak jadi, padahal sudah berusaha membersihkan lahan tapi tidak imbas dengan tenaga keluar, dan apalagi kami ini kurangnya pemahaman mengenai bertani, kami hanya tahu membersihkan lahan, tanam lalu lanjut membersihkan, soal pupuk kami sama sekali tidak paham jadi kami berharap agar ada panduan atau semacam sosialisasi mengenai bertani ini, sehingga kami juga punya bekal disaat menghadapi musim tanam yang akan datang” jelas mereka saat ditanyai.

Rudi salah satu petani muda yang berusaha menjelaskan apa yang menyebabkan terjadinya gagal panen oleh mayoritas petani di Sumba Barat Daya tahun ini.

Mereka juga berharap kepada pemerintah terkait agar tersedia obat yang membantu mencegah penyakit hewan yang merajalela (Penyakit Babi).

 

 

“Dan apalagi saat ini sedang maraknya penyakit hewan ternak, kami sangat bingung sementara kalau dilihat yang mendukung ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dan membantu anak sekolah itu dari ternak dan seolah-olah dibiarkan oleh pemerintah terkait sementara kami mengalami masalah sebagai masyarakat, coba ada obat yang membantu untuk mencegah penyakit ini, ya kami rasa sangat membantu karena ternak ini membantu dalam menghadapi gagal panen ini,tetapa kami tidak mendapatkan sama sekali perhatian dari pemerintah terlebih dinas terkait ” tandasnya.

Tinggalkan Balasan