( REFERENSI INJIL YOHANES 1: 35-42)
OLEH : VINSENSIUS POTE DETA
(61120051)
FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
Abstraksi
Manusia adalah makhluk yang mencari, ia selalu berusaha mencari apa yang ia kehendaki. Namun dalam proses pencarian itu ia telah tersesat karena ia lupa akan Allah sang pemberi kehidupan. Yesus adalah utusan Allah, Ia hadir di dunia untuk mencari manusia yang tersesat dan ia menghendaki agar manusia kembali kepada jalan yang benar. Yesus memanggil orang-orang yang Ia kehendaki untuk menjadi patner-Nya agar menghantar kembali manusia pada Bapa yang adalah sumber kehidupan yang kekal. Panggilan merupakan suatu tugas yang harus dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan misi yang dikehendaki oleh Dia yang memanggil dan orang yang dipanggil. Orang yang memberikan jawaban kepada siapa saja yang memanggil itu berarti ia memberikan telinganya untuk mendegarkan orang yang telah memanggilnya. Murid-murid Yohanes telah mendengarkan suara Yesus yang telah memanggil mereka dan mengikuti Yesus Sang jalan kebenaran karena misi Yohanes guru mereka ialah mempersiapkan jalan bagi Yesus Kristus Sang Mesias.
Kata kunci: Kepengikutan, Kemuridan, Yesus dan Panggilan.
PENDAHULUAN
Seorang penulis Anne Clifford mengemukakan tiga cara pandang orang Kristen terhadap Alkitab. Pertama, orang yang memandang Alkitab sebagai firman Allah yang harus diterima tanpa syarat. Kedua, orang yang memandang Alkitab sebagai wahyu ilahi dalam rekaman manusia yang ditulis di masa lalu oleh orang-orang yang bergumul tentang persoalan hidup dan iman. Alkitab diterima sebagai firman Allah tetapi diberi makna baru. Ketiga, orang yang bingung menentukan sikap terhadapAlkitab. Berdiri pada cara pandang yang kedua, para teolog feminisreformis mengembangkan dengan bebas pandangannya terhadap teks Alkitab dan dengannya membangun metode untuk rekonstruksi teks. Clifford melihat teks Alkitab sebagai teks kuno yang ditulis selama beberapa abad yang berbeda, di tempat berbeda, oleh para pengarang yang berbeda untuk tujuan yang berbeda juga yang membentuk sebuah perpustakaan teks-teks religius. Ia memaknai teks Alkitab dengan memperlihatkan keandrosentrikan teks Alkitab sekaligus peluang besar untuk melihat realitas historis teks Alkitab.
Sedangakn bagi Letty M. Russel, ia memahami Alkitab sebagai kabar baik, tulisan rahasia karena berfungsi sebagai tulisan atau semangat hidup, yakni undangan Tuhan untuk bergabung dalam pemulihan keutuhan, kedamaian, keadilan di dunia. Bersama Schüssier Fiorenza, Russel yakinbahwa Alkitab memberikan sebuah bentuk dasar bagi kisahhidupnyayang membentuk pengalaman emosional dan ajakan transformasi. Russel percaya bahwa di mata Tuhan ia bukanlah marginal tetapi seperti orang kulit hitam dan hispanik ia adalah ciptaan Allah danterpanggil pada janji Alkitab untuk menjadi seperti yang Tuhan inginkan, yakni menjadi rekan dalam pemulihan ciptaan.
Berkaitan denga cara pandang dan cara memehanmi aktitap dari para penukis di atas, maka cara pandang seseorang utuk memahami injil yohanes tidak secara multak di tangkap lurus. Dalam artian bahwa jika berbicara mengenai pengarang injil Yohanes , secara langsung tidak menunjuk pada Yohanes, murid yang dikasihi oleh Yesus, karena dalam pencariaannya akan mendapatkan kesulitan terkait Yohanes Markus atau Lazarus atau yang lainnya. Menurut sumber eksternal, terutama dari tradisi kuno menyatakan bahwa Injil ini dikarang oleh Yohanes, anak Zebedeus. Hal ini ditegaskan juga oleh Iraneaus, uskup Lyon bahwa penulis Injil-Injil yang lain, Yohanes, yang bersandar dekat kepada-Nya dan menulis Injil ini di Efesus. Ketika kita membaca injil Yonahes, sering kali kita temukan kesulitan untuk mengerti dan juga keinginan untuk mengenal dan memahami injil yang mendalam ini secara lebih mendalam pula. Tradisi kristiani berabad-abad lamanya menerima bahwa Ra sul Yohanes menulis injil keempat berdasarkan ingatannya akan apa yang pernah ia lihat dan dengar dari Yesus. Dari sudut nilai historis, kitab seorang saksi mata ini pernah dinilai lebih tinggi dari bada kita Markus dan Lukas yang bukan saksi mata.
Hal yang menojol dari kisah Yohanes dengan ketiga ketiga kisah sinoptik dimasa lampau sering dijelaskan dengan mengatakan bahwa Yohanes hanya mau melengkapi apa yang ia lihat belum ada dalam ketiga injil lainnya. Yang paling menarik adalah beberapa kali penggunannya tanpa predikat, secara absolut “ sebelum Abraham ada Aku ada”. Kristologi injil Yohanes yang tinggi mewarnai gambaran Yohanes tentang masa pelayanan Yesus. Berbeda dengan Injil Markus, dalam injil Yohanes Yesus tahu segalahnya. Dalam Injil Yohanes keselamatan itu ditujukan kepada semua orang. Lambang injil Yohanes adalah burung rajawali, agaknya karena injil ini mulai dari atas , mulai dari suatu penerbangan tinggi yang memberikan pemandangan yang menakjubkan atas seluruh sejarah pewahyuan Allah.
Panggilan murid Yang Pertama ( Yohanes 1: 35- 42)
Pada hari ketiga dari rangkaian empat hari ( 1; 29,35,43) Yesus memanggil murid-murrid pertama. Ada dua cerita perihal panggilan yang sejajar, kesaksian Yohanes mendorong dua murid untuk mengikuti Yesus ( ay. 35-39), dan kesaksian salah satu dari kedua murid itu Andreas membawa Simon epada Yesus ( ay. 40-42). Pada hari ketiga ini Yohanes pembatis mengulangi kasaksiannya secara singkat. Sementara Yohanes tetap ditempatnya dan membiarkan Yesus lewat saja, ada dua murid Yohanes yang tertarik dengan kesaksian Yohanes dan pergi mengikuti Yesus. Ketika melihat mereka Yesus, Yesus bertanya apa yang mereka cari. Mereka menjawab Yesus dengan menyapa Rabi, Guru ( seperti juga Natanael dalm ay. 49). Sapaan Rabi atau Guru dalam injil Yohanes berulang kali dipakai untuk Yesus sebagai Guru biasa saja juga digunakannya sebagai utusan Allah yang mengadakan tanda-tanda . Arti kata Guru bssisa hapir sama dengan Tuhan. Meskipun demikian , makna sepenuh itu tampak belum hadi dalam sapaan kedua murid yang ingin tahu di mana Guru Yesus tinggal.
Kata tinggal atau diam adalah kata yang berlapis makna dalam injil keempat. Yesus tinggal bukan saja tinggal di galilea, Yudea, atau Yerusalem tettapi ia tinggal didalam Bapa, atau dalam rumah Bapa dimana akau disediakan pula tempat untuk murid-murid. Yang dicari oleh kedua murid ini barangkali tidak lebih dari pada tempat tinggal seperti yang dimiliki oleh setiap rabi Yahudi untuk berkumpul dengan murid-muridnya. Kedua murid diajak oleh Yesus untuk datang dan melihatnya. Tidak diceritakan bahwa mereka sudah melihat Yesus adalah tokoh seperti yang dikissahkan oleh Yohanes Pembaptis. Dalam beberapa adegan panggilan ini kita menemukan benang merah yang sama. Setiap adegaan mulai dengan suatu kesaksian orang Yohanes pembaptis, Andreas, dan Filipus masing-masing memberi kesaksian tentang Yesus yang beralain dalam arti tidak sama ( ay. 35-36, 40-41, 43-45) Itu akan membawa Andreas, Petrusa dan Natanael kepada Yesus ( ay. 47). Langkah yang menentukan dalam setiap cerita panggilan ini ialah momen Yesus memandang orang yang dibawa kepadanya, lalu mengatakan sesuatu kepadanya yang menjadi murid-Nya dengan cara masing-masing.
Yohanes Pembaptis membiarkana Yesus lewat tanpa menjadi pengikutnya, tetapi ia memperkenalkannya suatu cara yang menimbulkan gerak baru dalam sejarah keselamatan. Seruanya “ Lihat Anak Domba Allah” mendorong dua muridnya sendiri untuk mengikuti Guru baru itu , tanpa mengerti maksud penuh dari kesaksian nabi Yohanes tentang Yesus. Kesaksian mereka itu merupakan suatu hal dan langkah pertama. Dengan pertanyaan yang disugukan oleh Yesus demikian apaa yang kamu cari? Perkataan ini kiranya juga menjadi pertanyaan bagi kita semua untuk direfleksikan perihal panggilan dan kepengikutan kita kepada Yesus: Apa yang sungguh kamu cari? Pertanyaan balasan, “ Guru dimanakah Engkau tinggal? Awalnya mungkin pertanyaan yang dangkal yang hanya berpaut pada rana lokasi, tetapi dalam injil ini merupakan titik tolak yang baik untuk berlahan-lahan dimaana untuk menemukan Yesus yang sesungguhnya mempunyai kediaman yakni didalam Bapa. Yang memanggil adalah Tuhan sendiri. Ia menyambut setiap pendatang baru dengan pandangan-Nya yang melihat siapakah kita ini, dan menyikapkan rahasia kita dan tujuan kita masing-masing, sama seperti Ia menyingkapkan masa depan Simon ketika memberi nama baru. Bagi setiap pengikut Yesus ada peranannya sendiri, tetapi semua dipanggil untuk menjadi saksi Yesus yang membantu orang lain untuk datang kepada-Nya.
LANDASAN TEORITIS
Ketika membaca injil Yohanes , segera dirasakan bahwa Yesus berbicara dengan nada yang agung dari pada dalam ketiga injil lainya. Nada wejangan dalam injil Yohanes menyerupai bahasa puitis wejangan Allah dalam perjajian lama, kususnya dalam kitab-kitab perjanjian lama, kususnya kitab-kitab para nabi. Yesus dalam injil Yohanes datang dari Allah, adalah firman Allah maka cocoklah bila perkataannya bernada agung dan meriah seperti tutur kata Allah sendiri. Uraian tentang pandangan teologis Injil Yohanes dapat bertolak dari apa yang dirangkum oleh pengarang sendiri tentang maksud tulisannya; semua yang tercantum disini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, anak Allah supaya kita oleh imannya memperoleh hidup dalam namanya. Sebutan- sebutan yang terpenting dalam injil Yohanes adalah firman, anak tunggl Allah , Dia yang diutus Bapa, anak manusia yang turun dari dan naik kesurga serta pernyataan diri Aku adalah Ego Eimi. Dalam kaitan dengan keyakinan itu perlu dipahami juga kata-kata perkenalan Yesus Ego Eimi “ Aku adalah” yang sering terdapat dalam injil Yohanes. Murid-murid Pernbaptis mengikuti Yesus dan bersaksi tentang Dia, 1:35-42.Ay. 35-37 -Kehormatan tinggi menjadi saksi Kristus sekarang ditampilkan dengan hasil yang jclas dan sukscs, Di hadapan dua orang murid-muridnya,Pembaptis mengulangi kesaksiannya bahwa Yesus adalah anak Domba Allah d. Sinoptik sarna sekali tidak bercerita mengenai para pengikot Permbaptis, rneskipun Kis 19:1-7 mengisyaratkan bahwa hal iru mcmang ada ..Mungkin sekali, dari antara anggota asli jemaat Yohanes terdapat rnereka yang bcrasal dari rnurid-rnurid Permbaptis, dan cerita ini menyimpan ingatan dernikian. Kernungkinan lain, cerita ini rnerupakan polemik melawan orang-orang yang menganggap Mesias, Bagaimana pun juga, Yohanes menunjukkan bahwa kesaksian Pembaptis efektif dalam mengantar dua rnurid kepada Yesus. Yohanes menyimpan gagasan bahwa menjadi murid berarti meninggalkan sagala sesuatu dan mengikuti guru dengan segala tuntutannya,Yesus bertanya kepada murid-rnurid yang mengikuti-Nya, Kelak, Yohanes akan menampilkan motif mereka yang mencari Yesus (6:26 dst.), dan kemungkinan perranyaan yang diucapkan Yesus di sini dimaksudkan untuk menyelidiki motif-motif menjadi murid.
Teks dan konteks ( Yoh. 1: 35-42)
1:35 Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. 1:36 Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah ” 1:37 Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. 1:38 Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat, bahwa mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?” Kata mereka kepada-Nya: “Rabi (artinya: Guru), di manakah Engkau tinggal?” 1:39 Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. 1:40 Salah seorang dari keduanya yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. 1:41 Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus). 1:42 Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya: Petrus).
Jika membaca injil Yohanes maka akan menemukan banyak teks dengan wacana panjang yang bisa membosankan. Ada banyak kesalah pahaman dalam Injil Yohanes yang mengajak pembaca untuk mengajukan lebih banyak pertanyaan. Dengan mengajukan pertanyaan, pembaca bisa belajar lebih banyak dan bisa datang kepada sang misteri. Dalam teks kita melihat bahwa kedua murid Yohanes menyapa Yesus dengan sebutan Rabi. Sapaan Rabi atau Guru dalam injil Yohanes berulang kali dipakai untuk menyapa Yesus dan tidak memandang Yesus sebagai Guru biasa saja, melainkan digunakan kepada-Nya sebagai sebagai utusan Allah yang mengadakan tanda-tanda. Kesaksian Yohanes dan kesaksian Andreas dan orag-orang lain membawa kita sekalian kepada Yesus. Kesaksian mereka menjadi jembatan bagi kita dalam konteks era ini. Kita yang oleh kesaksian orang lain sudh menjadi penikut Yesus, juga diharapkan pada gilirannya memberi kesaksiaan kepada orang lain. Perjumpaan kita dengan Yesus sebagai guru kita , mesias kita , penyelamat yang mengakat dosa kita, hendaknya kita bagikan dan pada ahirnya merka juga dapat mengenal dan datang kepada Yesus sang Mesias Putra Allah.
Jenis Sastra
Para pembaca dan para teolog sering mengatakan bahwa gaya penyampaian injil Yohanes itu adalah dengan gaya berpidato. Gaya berpidato ini sangat mencolok dalam gaya Yohanes. Jenis bahasa ini, ternyata sesuai dengan situasi jamannya, dimana cocok dengan pengungkapan perasaan hati yang bergejolak dalam hati para tokoh ceritanya atupun untuk menyatakan makna yang terkandung dalam suatu peristiwa. Dilihat dari sudut ini gaya pidato dapat berpeeran dalam cerita ibarat “chorus” dalam tragedy-tragedi yang diciptkan para dermawan yunani kuno Dalam perikop injil Yohanes bab 1:35-42, sangat menonjol gaya bahasa yang digunakan, disitu dijelaskan bagaiman Yohanes membangun dialog dengan para murindya tentang Yesus. Ungkapn Yohanes itu menggambarkan bahwa memang benar gaya yang dipakai oleh yohanes itu adalah gaya berpidato. Mengapa? Karena selain menyampaikan pesan juga mendapat tanggapn balik dari apa yang disampaikan itu. Dan itulah gaya atau cirri khas berpidato dan berdialog. Yohanes kerap kali menyinggung bagaimana ia secara langsung mendengar pesan Yesus, dan berangkat dari mendengar pesan itu, Yohanes menyimpulkan bahwa Yesus menyampaikan pesan-Nya dengan gaya berpidato atau pewarta. Sehingga kita kenal bagaimana dalam injil Yohenes banyak kali menggunakan symbol-simbol. Itu menggambarakan gaya analogi yang berbentuk pidato, sebagai contoh tentang panggilan para murid-Nya yang pertma itu.
Filologi
Kata mereka mengikuti Yesus: Mengikuti Yesus berarti tindakan lahiriah yang mengungkapkan keinginan untuk mengiktui Yesus secara rohani.
Apakah yang amu cari?: Pertanyaan semacam ini merupakan suatu penolakan, tetapi apbila diucapkan dengan lembut tdak demikian. Pertanyaan baliknya adalah, Di manakah Engkau tinggal? Seperti halnya tindakan mereka mengikti Yesus, dapat memiliki makna yang lebih mendalam lagi-apakah rahasia dari kehidupan dan kuasa Rohani-Mu? Tempat tingglnya pasti tidak menarik bagi mereka, tetapi percakapan agung yang menyusul tetap membekas di dalam ingatan mereka sebagai kenangan indah.
Waktu: Bertahun-tahun kemudian Yohanes masih mengigat waktu pertemuan tersebut terjadi kira-kira pukul empat sore.
Yesus Anak Domba Allah,: Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:32 dan 1:36, hal ini merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk menebus dosa. Pertanyaan yang diberikan Yohens terhadap para muridnya mau mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, dimana di dalam Dia ada keselamatan, ada hidup dan ada jalan.
Murid: Murid dalam bahasa Yunani: Mathétés (dari kata manthanô: belajar, membiasakan diri dengan sesuatu, akrab dengan). Sedangkan dalam bahasa Ibrani kata murid: mesyarét (Kel 24:13; 1 Raj 19:21; 2 Raj 4:12; Yer 32:12-13), lebih dipahami sebagai hamba. Dalam Perjanjian Lama hanya ada satu teks dari masa Yudaisme yang menyebut kata “murid”. Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa hubungan individu dengan Allah selalu dipahami dalam rangka hubungan seluruh bangsa Israel dengan Allah. Dalam Yudaisme dan barangkali karena pengaruhi Helenisme, berkembang gagasan Talmìd dalam hubungan dengan rabbi yaitu orang yang hampir berwibawa ilahi dalam mengartikan Alkitab.
Struktur dan pergerakan teks
Struktur teks ini diawali kisah penglihatan para Murid Yohanes terhadap pribadi Yesus. Ini dapat dikatakan sebagai prolog dari teks ini, dimana penglihatan dan ketergerakan hati para murid Yohanes dalam melihat Yesus menggambarkan bagaimana pergerakan memulai misi itu terjadi. Terkait dengaan struktur umum teks ini dapat dikatakan demikian:
Pembukaan Surat (1:35-36)
Dimana pada keesokan harinya Yohanes berdiri dengan dua muridnya, dan ketika melihat Yesus dia katakan “Lihatlah Anak Domba Allah”, lalu kedua murid itu mendengarnya dan mulai saat itu mereka mengikuti Yesus.
Kesaksian Yohanes (1: 37-42)
Yohanes mengatakan kepada muridnya tentang siapa Yesus. Dan setelah para murid mengetahui siapa itu Yesus, mereka bergegas dan bertanya tentang tempat tinggal Yesus dan juga sejak saat itu Yesus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya. Inilah yang menjadi kesaksian Yohanes tentng Yesus. Dimana pengenalan para muridnya mengenai Yesus sungguh-sungguh membuat Yohanes merasa dipenuhi akan semua tugas yang diberikan kepadanya oleh Bapa.
Pengarang dan asal usul
Injil Yohanes adalah salah satu kitab yang terdapat di Perjanjian Baru. Kitab yang termasuk dalam rangkaian Injil kanonik ini memiliki gaya dan struktur yang membuatnya unik dan berbeda dengan ketiga Injil yang lain (Injil Markus, Injil Matius, Injil Lukas), meskipun begitu Injil ini tetap memuat wawasan peristiwa yang sama dengan ketiga Injil lainnya. Injil Yohanes menekankan tentang keilahian Yesus Kristus, Anak Allah.Tidak ada Injil lain yang menekankan sifat kemanusiawian sekaligus keilahianNya dengan tegas dan jelas selain Injil ini. Waktu penulisannya diperkirakan terjadi pada tahun 40-140 M. Memang tidak disebutkan dengan jelas siapa yang menulis Injil ini, tetapi Yohanes anak Zebedeus adalah orang yang diperkirakan menulisnya.
Surat ini ditujukan bagi kelompok pembaca yang menyendiri. Kelompok ini merupakan cabang dari persekutuan umat purba yang tradisinya berpusat pada Yesus dan murid-muridNya. Bahasa yang digunakan oleh kelompok pembaca adalah bahasa Yunani, karena itu penulis menerjemahkan beberapa istilah Yahudi ke dalam bahasa Yunani (misal: Mesias, Rabuni, Rabi, dll). Kelompok pembaca ini bertikai dengan beberapa pihak. Pertama dengan pengikut Yohanes Pembaptis, kedua dengan orang Yahudi. Terlepas dari itu, tulisan-tulisan Yohanes dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat Gnostikisme untuk melawan pengaruh aliran tersebut dalam tubuh jemaat. Hal ini ditegaskan dengan istilah-istilah yang digunakan dalam tulisan Yohanes, seperti kosmos, maut, hidup, anak-anak Allah. Menurut tradisi yang berkembang pada zaman Ireneus, seorang bapak gereja pada abad ke-2, penulis Injil ini adalah Yohanes bin Zebedeus, murid Yesus. Tradisi yang dianut oleh gereja hingga sekarang juga menyamakan penulis Injil dengan “murid yang dikasihi Yesus
Teks paralel
Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang “Yesus adalah Anak Domba Allah” misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya. Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.
Makna Eksegetis
Pada dasarnya Teologi Injil Yohanes bukan hanya melulu pada Yesus sebagai Logos tetapi, masih ada juga yang lain, yakni selain Yesus dipandang sebagai LOGOS, juga Yesus dipandang sebagai AKU ADALAH”. Yesus sebagai LOGOS berearti Yesus adalah Sabda yang menjelama menjadi Manusia, dan sebagai AKU ADALAH , berarti Hal penting dari kata “Aku” dalam kitab Yohanes bahwa penggunaannya menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus. Dalam perikop (Yoh 1:35-42) sebenarnya pesan teologinya adalah soal keterpanggilan, baik itu panggilan lahiriah maupun bantiniah. Yohenes menggambarkan keterpanggilan para murid Yesus sebagai model keterpanggilan batiniah sekaligus lahiriah, karena apa? Karena para murid yang di panggil itu berasal dari latar belakang sekaligus karakter yang berbeda. Kesaksian-kesaksian tersebur menunjukan bahwa perhitungan utama injil adalah kristologi. Melalui prosedur ini Yohenes juga ingin menunjukan proses perkemabngan jemaatnya, dalam pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkungan Yohanes pemabbtis kepada pribadi Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah.
PENUTUP
Dalam bacaan injil Yohanes tentang dua murid Yohanes yang mau mengikuti Yesus sebagai Anak Domba Allah. Tidak ada sesuatu dalam narasi yang memberi kesan bahwa Yohanes pembaptis menduga ada murid-muridnya yang akan meninggalkannya. Justru ia melihat hal itu sebagai salah satu misinya sebagai bentara Kristus. Hanya seorang dari kedua murid itu yang disebut namanya; yang lain kemungkinaan adalah Yohanes penulis itu sendiri. Dalam ide mengikut yang diterangkan pada ayat 38 rasanya netral dan baru kemudian menjadi komitmen penuh sebagai murid. Jawaban mereka dan pertanyaan Yesus dan cara mereka menyapanya sebagai Rabi memperlihatkan maksud yang sungguh-sungguh untuk mengikutinya. Gelar rabi merupakan penghormatan dan bukan menujuk kepada seseorang yang telah melalui pendidikan sekolah-sekolah rabi (seperti yang terjadi kemudian). Istilah Mesias yang dicantumkan oleh Yohanes untuk menolong para pembaca buku Yahudi. Baik Mesias dalam bahsa Ibrani maupun kristus dalam bahasa Yunani berasal dari kata dasar yang artinya “ Dia yang diurapi”.
Dalam ayat 42 ada penekanan yang jelas atas hubungan pribadi antara Andreas, Simon dan Yesus. Sekli lagi, ada perbedaan antara injil Yohanes dan injil sinoptik dalam hal kapan nama Petrus diberikan kepada Simon. Disini nama itu diberikan pada awal pelayanan Yesus, sedangkan dalam Matius bab 16;18 nama itu dipertegas sesudah pengakuan Petrus. Paling tidak sampai saat itu ada tiga murid yang disebut mengikuti Yesus. Tetapi Yohanes menyebut dua orang lagi sebelum ia memulai riwayat pelayanan Yesus dalam pasal 2. Dalam Hal Filipus, Yesuslah yang mengambil prakarsa dengan memanggil dia untuk mengikuti-Nya. Kemudian Filipus disebut beberapa kali dalam Injil ini. (Bab 6: 5, 12:21, 14: 8). Rupanya ia seorang yang berfikir praktis. Pokok kesaksian ini sangat penting dalam injil ini, maka cara Petrus dan Natanael dibawa kepada Yesus sangat berarti. Kesaksiaan ini merupakan suatu cara yang berhasil untuk menuntun orang menjadi murid Yesus.
DAFTAR PUSTAKA
KITAB SUCI
Lembaga Alkitab Indonesia, Alkitab, LAI , Jakarta, 2001.
BUKU-BUKU
Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis, Maumera,Ledalero, 2002
Letty M Russel. Interpretasi Feminis dari Alkitab. Philadelpia,The WestminsterPress, 1985
Harun Martin , Yohanes Injil Cinta Kasih, Yogyakarta, Kanisius, 2015
Hartono F, Tafsiran Injil Yohanes, Yogyakarta, Kanisius, 2008
Carson D.A. dan Dkk, Tafsiran Alkitab Abad Ke-21 Matius- Wahyu, Bina Kasi, Jakarta, 2017
Bergant, Diane, CSA Dan Karris Robert J., (Editor), Tafsir Alkita Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2002
Tenney, Merrill C, Survei Perjanjian Baru, Malang, Gandum Mas, 1995
Suharyo I , pengantar Kitab Suci Perjanjian Baru, (Naskah)
Leon Xaxier-Dufour, Dictionary Biblica Theology